Rabu, 05 Januari 2011

PENDEKATAN KOGNITIF

PENDEKATAN KOGNITIF

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Istilah “ terapi Kognitif” biasa digunakan, namun sebenarnya istilah ini menyesatkan karena mengandung pengertian bahwa seolah-olah pendekatan kognitif merupakan suatu bentuk terapi tersendiri. Padahal sebenarnya, tidak demikian. Beberapa teknik biasanya telah digunakan oleh terapis perilaku (behavioral terapi), misalnya pelatihan arstif, pelatihan pengatasan masalah, pelatihan kemampuan bersosialisasi dan sebagainya. Hanya saja, dalam pendekatan kognitif, teknik yang sudah biasa digunakan terapis tersebut diperkenalkan kepada pasien.

Dengan cara lain klien menjadi mitra kerja terapis dalam mengatasi masalah. Keterlibatan klien menunjukan bahwa terapis kognitif merupakan terapi yang aktif. Terapi secara bebas mencari bentuk-bentuk kerja sama dengan klien, dengan terapi yang dipusatkanpada keadaan disini dan sekarang. Pengalaman atau kejadian-kejadia masa lalu hanya dipertimbangkan sejauh kenyataan itu dapatmembantu menerangkan pola-pola piker dan perilaku yang sudah menjadi kebiasaan pada saat ini.

Meskipun istilah terapi kognitif menyesatkan, namun istilah itu telah digunakan oleh Beck untuk menggugah kesadaran para terapis supaya menggunakannya. Asumsi yang mendasari teori kognitif, terutama untuk kasus depresi yaitu bahwa gangguan emosional bersal dari distori (penyimpangan) dalam berfikir. Perbaikan dalam keadaan emosi hanya dapat berlansung lama kalau di capai perubahan pola-pola berfikir selama prosesperlakuan terapeotik. Tampa perubahan pola prilaku maka kesembuhan yang terjadi hanya bersifat sementara, dan masirentan kalau klien menghadapi situasi yang menyesakkan atau menimbulkan akibat negative.

BAB II

PEMBAHASAN

PENDEKATAN TERAPI KOGNITIF

A. Pengertian

Kognisi adalah cara manusia berfikir. Sedangkan psikologi kognitif adalah ilmuan yang mempelajari cara berfikir manusia. Jadi psikologi kogniitif adalah sebuah bidang studi tentang bagaimana manusia memahami, belajar, mengingat dan berfikir tentang suatu imformasi.[1]

Psikologi kognitif yang memandang psikologi sebagai suatu ilmu tentang prilau dan proses mental.[2]

Istilah kognitif merujuk kepada aktiviti-aktiviti mental seperti berfikir, menaakul, menganalisis, membentuk konsep, menyelesaikan masalah dan sebagainya. Pendekatan Kognitif merupakan pendekatan yang memberi perhatian khusus kepada proses pemikiran individu seperti kemahiran berfikir secara kritis dan kreatif, kemahiran belajar dan motivasi yang dipelopori oleh ahli psikologi Gestalt, Pieget, Vygotsky, Gagne, Bruner dan Ausubel.

Teori-teori kognitif didasarkan pada asumsi bahwa kemampuan kognitif merupakan sesuatu yang fundamental dan yang membimbing tingkah laku anak. Dengan kemampuan kognitif ini maka anak dipandang sebagai individu yang secara aktif membangun sendiri pengetahuan mereka tentang dunia.

Perkembangan kognitif merupakan salah satu perkembangan manusia yang berkaitan dengan pengetahuan, yakni semua proses psikologis yang berkaitan dengan bagaimana individeu mempelajari dan memikirkan lingkungannya.

Menurut Drever (Kuper & Kuper, 2000) disebutkan bahwa ” kognisi adalah istilah umumyang mencakup segenap model pemahaman, yakni persepsi, imajinasi, penangkapan makna, penialain, dan penalaran”.

Sedangkan menurut Piaget (Hetherington & Parke, 1975) menyebutkan bahwa “kognitif adalah bagaimana anak beradaptasi dan menginterpretasikan objek dan kejadian-kejadian di sekitarnya”. Pieget memandang bahwa anak memainkan peran aktif di dalam menyusunpengetahuannya mengenai realitas, anak tidak pasif menerima informasi. Selanjutnya walaupun proses berpikir dan konsepsi anak mengenai realitas telah dimodifikasi oleh pengalamannya dengan dunia sekitar dia, namun anak juga aktif menginterpretasikan informasi yang ia peroleh dari pengalaman, serta dalam mengadaptasikannya pada pengetahuan dan konsepsi.

Menurut Chaplin (2002) dikatakan bahwa “kognisi adalah konsep umum yang mencakup semua bentuk mengenal, termasuk di dalamnya mengamati, melihat, memperhatikan, memberikan, menyangka, membayangkan, memperkirakan, menduga, dan menilai.

Psikologi kognitif adalah kajian studi ilmiah mengenai proses-proses mental atau pikiran. Proses ini meliputi bagaimana informasi diperoleh, dipresentasikan dan ditransfermasikan sebagai pengetahuan. Pengetahuan itu dimunculkan kembali sebagai petunjuk dalam sikap dan perilaku manusia. Oleh karena itu, psikologi kognitif juga disebut psikologi pemrosesan informasi.

Pendekatan kognitif menekankan bahwa tingkah laku adalah proses mental, dimana individu (organisme) aktif dalam menangkap, menilai, membandingkan, dan menanggapi stimulus sebelum melakukan reaksi. Individu menerima stimulus lalu melakukan proses mental sebelum memberikan reaksi atas stimulus yang datang.

Psikologi kognitif adalah salah satu cabang dari psikologi dengan pendekatan kognitif untuk memahami perilaku manusia. Psikologi kognitif mempelajari tentang cara manusia menerima, mempersepsi, mempelajari, menalar, mengingat dan berpikir tentang suatu informasi.

Dari berbagai pengertian yang telah disebutkan di atas dapat dipahami bahwa kognitif adalah sebuah istilah yang digunakan oleh psikolog untuk menjelaskan semua aktivitas mental yang berhubungan dengan persepsi, pikiran, ingatan, dan pengolahan informasi yang memungkinkan seseorang memperoleh pengetahuan, memecahkan masalah, dan merencanakan masa depan, atau semua proses psikologis yang berkaitan dengan bagaimana individu mempelajari, memperhatikan, mengamati, membayangkan, memperkirakan, menlai, dan memikirkan lingkungannya.

Terapi kognitif adalah terapi yang mempergunakan pendekatan terstruktur, aktif, direktif dan berjangka waktu singkat, untuk menghadapi berbagai hambatan dalam kepribadian, misalnya asietas atau depresi. (Singgih D. Gunarsa, 2003: 227)

B. Aspek-aspek Kognitif

1. Kematangan, yaitu Semakin bertambahnya usia, maka semakin matang atau bijaksana seseorang dalam menghadapi rutinitas dan masalah yang dihadapinya.

2. Pengalaman merupakan hasil interaksi antar individu dengan orang lain.

3. Transmisi sosial adalah hubungan sosial dan komunikasi yang sesuai dengan lingkungan.

4. Equilibrasi adalah perpaduan dari pengalaman dan proses transmisi sosial.

C. Strategi Perencanaaan dan peran Terapi kognitif

Normalnya terapi kognitif dibatasi antara 15-20 pertemuan, masing-masing pertemuan membutuhkan waktu 50 menit, sekali seminggu. Meskipun demikian, untuk kasus-kasus depresi yang lebih para perlu dua kali pertemuan setiap minggunya 4-5 minggu pertama.

Di dalam dunia psikologi, mempelajari psikologi kognitif sangat diperlukan, karena :

1. Kognisi adalah proses mental atau pikiran yang berperan penting dan mendasar bagi studi-studi psikologi manusia.

2. Pandangan psikologi kognitif banyak mempengarui bidang-bidang psikologi yang lain. Misalnya pendekatan kofnitif banyak digunakan di dalam psikologi konseling, psikologi konsumen dan lain-lain.

3. Melalui prinsiprinsip kognisi, seseorang dapat mengelola informasi secara efisien dan terorganisasikan dengan baik.

D. Tujuan Utama Dalam teknik Terapi Kognitif

Tujuan dalam terapi kognitif adalah sebagai berikut:

1. Membangkitkan pikiran-pikiran klien, dialog internal atau bicara diri, dan interprestasi terhadap kejadian-kejadian yang alami

2. Terapis bersama klien mengumpulakan bukti yang mendukung atau menyanggah interprestasi-interpretasi yang telah diambil.

3. Menyusun desain eksperimen (pekerja rumah) untuk menguji validitas interpretasi dan menjaring data tambahan untuk diskusi didalam proses perlakuan terapiutik.

Terapi kognitif khususnya diarahkan untuk memunculkan kesalahan-kesalahan atau kesesatan dalam berfikir. Contoh kesalahan adalah:

1. Berfikir dikotomik yaitu berfikir yang serba ekstrem tampa penilaian atau pendapat relativistic ditengah-tengah.

2. Abstrak selektif, pemisahan sebagian kecil dari situasi keseluruhan dengan mengabaikan sisa bagian yang jauh lebih besar atau penting.

3. Inferensi arbitrer ( sembarangan, tidak semena-mena), yaitu menarik kesimpulan yang meupakan inferensi dari bukti-bukti yang tidak relevan.

4. Ovaergeneralisasi, yaitu menyimpulkan satu kejadian negative yang khusus, sebagai kejadia negative secara keseluruhan.

5. Catastrophising, yaitu berfikir hal yang paing buruk dalam suatu situasi.

E. Karakteristik Pertemuan-Pertemuan Terapi

Karakteristik dalam masing-masing pertemuan terapi memberikan struktur bagi setiap pertemuan.

1. Terapis menyusun agenda

2. Terapis mengatur waktu terapi.

3. Terapis membuat lingkaran secara periodic selama wawancara, kemudian meminta tanggapan klien terhadap ringkasan yang dibuat.

4. Dominasi pendekatan dengan terapis benyak bertanya. Pertanyaan tentang fakta dan pemberian nasehat tidak diyakini akan memberikan mamfaat terpeutik yang berarti.

5. Langkah akhir, ada dua tugas terapis:

a. Memberikan tugas rumah yang didasarkan pada topic / masalah yang Nampak muncul sebagai masalah pokok selama session yang baru dijalani.

b. Meminta klien untuk membuat ringkasan tentang apa yang telah dikerjakan didalam session yang baru dijalani, dan merincikan apa yang harus dikerjakan dalam pekerjaan rumah.

F. Aplikasi Terapi Kognitif Untuk kasus Depresi

Teknik dalam terapi kognitif diantaraya adalah:

1. Penangkapan pikiran (though catching)

Teknik ini mempunyai dasar pikiran sebagai berikut:

a) Bahwa hubungan antara fikiran, perasaan, dan perilaku dapat ditunjukan dengan merekam dan memunculakan pikiran.

b) Bahwa perekaman dan pemunculan pikiran sudah dengan sendirirnya ikut membantu memecahkan ikatan antara fikiran dengan perasaan dengan membuat fikiran menjadi Nampak kuranng realistis.

c) Bahwa dengan perekaman dan pemunculan pikiran, maka terapis dank lien memperoleh data untuk memformulasi hipotesis yang akan dimamfaatkan untuk testing realitas.

Kegiatan ini menangkap fikiran memungkinkan klien untuk memantau dan merekam atau memunculkan dialog internal mereka sendiri secara akurat, kapan saja mereka merasa murung yang disebabkan oleh situasi apapun.

Prosedur teknik penangkapan pikiran adalah sebagai berikut:

1) Menerangka kaitan antara pikiran, perasaan dan perilaku.

2) Mengintruksikan klien untuk memantau pikiran-pikirannya.

Beberapa masalah yang timbul dengan teknik penangkapan pikiran, antara lain:

1) Klien merasa bahwa berknsentrasi pada pikiranpikiran negative justru membuat penderitaannya semakin buruk.

2) Klien berkeyakinan bahwa dirirnya tiak mempunyai pikiran apapun.

3) Pikiran-pikiran negative bermunculan begitu cepat dengan intensitas yang kuat sehingga malah membuat klien merasa tidak mempu menuliskan pikiran-pikiran negatifnya.

2. Testing Realitas (realitas testing)

Teknik realitas ini dibedakan menjadi tiga bentuk, yaitu:

a) Testing Realitas didalam pertemuan (within Session)

Langkah ini menempatkan pikiran-pikiran sebagai fenomena “ psikologik” yang tidak identik dengan realitas. Tujuan dari teknik ini adalah mencari bukti-buktiyang mendukung atau menggugurkan asumsi-sumsi dan pikiran-pikiran negatifnya.

Prosedur teknik ini adalah sebagai berikut:

1) Identifikasi pikiran-pikiran atau pernyataan-pernyataan yang dibuat oleh klien dan yang bersifat negative atau yang berhubungan dengan perasaan yang mengganggu.

2) Tanyakan kepada klien seberapa jauh ia mempercayai pernyataannya sebagai hal yang benar, atau seberapa besar peluangnya bahwa kejadian negative akan kembali terjadi.

3) Periksa perasaan-perasaan yang berhubungan dengan pernyataan, “ ketika anda mengatakan itu kepada diri anda Sendiri, pernyataan itu membuat diri anda bagaimana?biarkan validitas pernyataan tetap sebagai pernyataan terbuka, kemudian secara pelan-pelan untuk mencari bukti.

4) Kalau klien mempunyai pikiran katastropik tentang yang akan terjadi dimasa mendayang, mintalah klien membuat penilaian tentang probabilitas aktualnya.

5) Selama wawancara, tekanan bahwa yang ditanamnya dalam pikiran bukanlah gelombang interprestasi positif tetapi mempertentangkan pikiran dengan kenyataan yang sebenarnya.

6) Diperiksa kembali seberapa besar sekarang klien meyakini pernyataannya sebagai hal yang benar.

Masalah yang sering timbul ketika terapis menggunakan metode ini adalah sebagai berikut:

1) Klien tidak mengerti cara member penilain tentang tingkat keyakinan didalam ukuran prosentase.

2) Klien menjadi murung ( depresi ) kalau berfikir tentang masa-masa indah.

3) Klien tidak dapat berfikir tentang masa yang lebih indah.

b) Tesing Realitas dengan Pemberian Tugas ( Task Assignment)

Pada dasarnya semua pendekatan kognitif behavioral mengandung pemberian tugas tertentu, sebagai sarana untuk meningkatkan aktifitas, interaksi atau jenis reward klien. Didalam terapi kognitifdilakukan pengumpulan data aktivitas yang dilakukan klien dengan tujuan untuk meneriam atau menolak hipotesisnya.

Tujuan dari terapi ini adalah untuk mencapai persetujuan dengan klien tentang target kemajuan diantara tahap Perteman (between session targets) yang akan menguji pikiran negative dengan memperlakukannya sebagai suatu hipotesis.

Prosedur yang bisa dilkukan adalah sebagai berikut:

1) Didalam suatu pertemuan, identifikasi suatu ide-ide atau fikiran yang menyiksa kemudian mintalah klien untuk membuat penilaian tingkat keyakinan.

2) Bersama klien, definisikan implikasi-implikasi dari pernyataan

3. Latihan kognitif (cognitive rehearsal)

Kalau klien sudah lama menghentikan berbagai aktivitas yang dahulu biasa dilakukan, kadang-kadang menjadi sulit membayangkan. Mengerjakan kegiatan-kegiatan dahulu dengan sukses. Tujuan dari latihan kognitif adalah untuk mengidentifikasi saluran-saluran penghambat yang ada antara pikiran dan perasaan-perasaan dengan pelaksanaan aktifitas.

Prosedur latihan kognitif adalah sebagai berikut:

a. Identifikasi suatu aktivitas (tugas) yang menimbulkan kesulitan tertentu.

b. Periksa apakah aktivitas itu merupakan jenis yang akan memberikan perasaan, keberhasilan, atau pencapaian atau kesenangan kalau dapat dikerjakan.

c. Periksa bahwa permulaan dan penyelesaian tugas tidak tergantung pada orang lain, tetapi hanya tergantung pada diri klien sendiri.

d. Mintalah klien untuk membayangkan pelaksanaan tugas itu dengan perencanaan bertahap mulai dari langkah permulaan sampai akibat dari penyelesaian tugas untuk diri sendiri dan orang lain.

e. Selama pelatihan kognitif identifikasi tahap-tahap dimana klien mengalami kesulitan, minta klien membayangkan semua aspek dari kesulitan tersebut, kemudian katakan bahwa hambatan sudah dilampaui, maka klien dapat melaksanakan pelaksanaan tugas.

f. Diskusikan dengan klien keseluruhan tugas dan hambatan-hambatannya kemudian aturlah cara mengatasi sebagai pekerjaan rumah, diantara tahap pertemuan terapi.

G. Teknik-Teknik Kognitif

Teknik-teknik kognitif adalah teknik yang digunakan untuk mengubah cara berfikir klien. Dewa Ketut Sukardi (2000:91-92), menerangkan ada empat teknik besar dalam teknik-teknik kognitif :

1. Teknik Pengajaran -Teknik ini memberikan keleluasan kepada konselor untuk berbicara serta menunjukkan sesuatu kepada klien, terutama menunjukkan bagaimana ketidaklogikan berfikir itu secara langsung menimbulkan gangguan emosi kepada klien tersebut.

2. Teknik Persuasif - Meyakinkan klien untuk mengubah pandangannya kerana pandangan yang ia kemukakan itu tidak benar. Konselor langsung mencoba meyakinkan, mengemukakan pelbagai argumentasi untuk menunjukkan apa yang dianggap oleh klien itu adalah tidak benar.

3. Teknik Konfrontasi - Konselor menyerang ketidaklogikan berfikir klien dan membawa klien ke arah berfikir yang lebih logik.

4. Teknik Pemberian Tugas - Konselor memberi tugas kepada klien untuk mencoba melakukan tindakan tertentu dalam situasi nyata. Misalnya, menugaskan klien bergaul dengan anggota masyarakat kalau mereka merasa dipencilkan dari pergaulan atau membaca buku untuk memperbaiki kekeliruan caranya berfikir.

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Perkembangan kognitif merupakan salah satu perkembangan manusia yang berkaitan dengan pengetahuan, yakni semua proses psikologis yang berkaitan dengan bagaimana individeu mempelajari dan memikirkan lingkungannya.

Kognitif adalah sebuah istilah yang digunakan oleh psikolog untuk menjelaskan semua aktivitas mental yang berhubungan dengan persepsi, pikiran, ingatan, dan pengolahan informasi yang memungkinkan seseorang memperoleh pengetahuan, memecahkan masalah, dan merencanakan masa depan, atau semua proses psikologis yang berkaitan dengan bagaimana individu mempelajari, memperhatikan, mengamati, membayangkan, memperkirakan, menlai, dan memikirkan lingkungannya.

Perkembangan kognitif pada anak-anak disebut tahap praoperasional, yang berlangsung antara usia 2 sampai 7 tahun. Pada masa ini konsep yang stabil dibentuk, penalaran mental muncul, egosentrisme mulai kuat dan kemudian melemah, serta terbentuknya keyakinan pada hal magis. Namun pada masa ni anak masih tetap memikirkan pada peristiwa-peristiwa atau pengalaman-pengalaman yang dialaminya.

Beck menunjukkan bahwa terapi kognitif harus digunakan didalam konteks pertemuan-pertemuan dimana empati, kehangatan dan kelembutan yang akurat harus ditujukan oleh terapis. Strategi-strategi terapeutik bukanlah perangkat peralatan mekanistik. Hubungan baik antara klien dan terapis merupakan hal yang sangat penting. Hal ini dapat dicapai dengan kerja sama dan saling pengertian antara kedua belah pihak. Tetapi kognitif tidak berpegang kaku pada salah satu teknik, namun memilih salah satu diantara berbagai teknik yang paling tepat, sesuai dengan situasi dan masalahnya.

B. Kritik dan Saran

Penulis menyadari dengan sepenuh hati bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, maka dengan itu penulis mohon kritik dan sarannya kepada para pembaca, yang sifatnya membangun untuk masa depan selanjutnya, guna untuk lebih sempurna lagi dan lebih bermanfaat lagi, khususnya bagi penulis dan umumnya bagi pembaca.

DAFTAR PUSTAKA

- Prawitasari, Johana E, dkk, 2002. Psikoterapi, Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

- Sternberg, Robert J, 2006, Psikologi Kognitif, Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

- Walsito, Bimo. 2004, Pengantar Psikologi Umim, Yogyakarta: Penerbit Andi.

- Gunarsa, Singgih D. 2003, Konseling dan Psikoterapi, Jakarta: Gunung Mulia.

- http://cicak69.wordpress.com/2008/10/31/konsep-konsep-dasar-psikologi-kognitif/

- http://id.wikipedia.org/wiki/Psikologi_kognitif

- http://id.wikipedia.org/wiki/Psikologi_kognitif



[1] Robert J. sternbrg psikologi kognitif (Yogyakarta: pusataka pelajar. 2006) hlm 2

[2] Prof. Bimo Walsito, pengantar psikologi ( yagyakarta: andi. 2004) hlm 81