Kamis, 02 Desember 2010

KRITERIA PRIORITAS PENDAMPING


-->
KRITERIA PRIORITAS PENDAMPING
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Setelah kita mengetahui tentang tujuan menikah maka Islam juga mengajarkan kepada umatnya untuk berhati-hati dalam memilih pasangan hidup karena hidup berumah tangga tidak hanya untuk satu atau dua tahun saja, akan tetapi diniatkan untuk selama-lamanya sampai akhir hayat kita.
Apabila seseorang membangun rumah, tentu saja dia akan mengadakan beberapa pilihan. Mulai dari lokasi bangunan yang akan didirikan, sampai kualitas bahan bangunan sampai kemudian menjadi sebuah bangunan yang utuh. Demikianlah kita mengadakan seleksi dari rumah yang sekedar menaungi kehidupan di dunia. Apalagi kalau kita ingin membangun sebuah rumah tangga yang tidak hanya menaungi kita di kehidupan dunia, namun kehidupan anak-anak keturunan kita sampai kelak hari kiamat.
Oleh karena itu kita ingin berbagi-bagi ilmu bagaimana memilih jodoh menurut agama islam. Zuyyina lin naasi khubbus syahawati minan nisaa ( manusia apapun jenisnya selama masih berkaki dua secara fitrah dihiasi perasaan cinta kepada perempuan, begitu juga sebaliknya). Karena cinta akan merubah segala-galanya, ada yang mendorong ke arah kebaikan namun ada juga yang mendorong kepada dosa. Maka disini kita akan membahas cinta dalam artian positif yang membawa kebaikan sampai kiat-kiat mencari calon pendamping hidup yang harus kita cintai.
Lalu bagaimanakah supaya kita selamat dalam memilih pasangan hidup untuk pendamping kita selama-lamanya? Apakah kriteria-kriteria yang disyariatkan oleh Islam dalam memilih calon istri atau suami? Untuk menjawab pertanyaan ini, marilah kita simak pemaparan yang penulis buat dimakalah ini.

BAB II
PEMBAHASAN
KRITERIA PRIORITAS PENDAMPING
Ketika seseorang telah berencana untuk kawin, maka ia diperkenankan bahkan dianjurkan untuk mengenal secara baik calon pasangannya. Seorang sahabat Nbi menyampaikan kepada beliau bahwa dia berencana kawin. Nabi bertanya: “apakah engkau pernah melihatnya?”. Dia menjawab “belum”. Maka Nabi SAW memerintahkan pergi melihat sambil bersabda, “itu dapat lebih menjadikan perkawinan kalian menjadi langgeng”.[1]
Cinta dalam artian positif dapat memberi keindahan, memberi energi untuk berjuang, dan tentunya cinta membutuhkan pengorbanan. Seseorang yang lemah akan menjadi kuat, yang penakut menjadi pemberani, yang jauh akan terasa dekat karena cinta.[2]
Alangkah indahnya kalau cinta ini disalurkan kepada cinta agama. Sholat terasa indah, puasa terasa nikmat, tahajud jadi penenang hati, zakat terasa indah. Persis kalau kita cinta kepada gadis atau pemuda pujaan hati, meski tampang pas-pasan (kalau gak ingin disebut jelek) karena cinta akan kelihatan cantik atau tampan. Meski rumahnya jauh, gunungpun kan kudaki, lautpun kuseberangi untuk menemui sang pujaan hati.
Itulah cinta sanggup membuat orang berkorban, melahirkan energi, menambah keindahan dalam kehidupan. Namun di zaman sekarang orang sering salah jalan bagaimana memilih jodoh untuk membangun rumah tangga yang bahagia. Jangan lupa, membangun rumah tangga bukan untuk kehidupan 1 atau 2 bulan, 1 atau 2 tahun, bahkan bukan cuma untuk kehidupan dunia! Namun untuk kehidupan akhirat juga. Oleh karena itu berhati-hatilah dalam memilih jodoh, diperlukan penelitian dan pengamatan yang mendalam.[3]
Menurut agama nikahilah seseorang karena wajah, harta, nasab, dan agamanya (ada 4 kriteria memilih jodoh).
A. Kriteria Memilih Calon Istri
Istri yang bisa membahagiakan suami merupakan idaman, dambaan, dan impian setiap lelaki.[4] Oleh karena itu mencari calon istri bukanlah perkara yang sepele, bahkan ia merupakan perkara yang sakral yang hendaknya setiap lelaki berusaha sebisa mungkin untuk meraih calon istri yang terbaik. Barangsiapa yang salah melangkah tatkala memilih calon istri maka ia akan menyesal dengan penyesalan yang sangat dalam.
Dalam buku Potret Wanita Shalihah, ada beberapa criteria wanita ideal, yaitu:[5]
  1. memiliki harta kekayaan dan ilmu pengetahuan
Kekayaan wanita yang terpuji adalah kekayaan yang disertai dengan takwa. Harta yang tidak disertai dengan keshahehan dan taqwa, akan mnyebabkan seorang wanita menjadi arogan, berbuat sewenang-wenang dan bersikap jahat terhadap suaminyaserta menimbulkan kerusakan dalam rumah tangganya. Sebagaimana Allah mengingatkan dalam firmannya:
“ sesungguhnya manusia benar-benar melampau batas karena dia melihat dirinya serba cukup” (QS. Al-‘Alaq (96): 6-7)
  1. lingkungan keluarga terhormat (nasab)
Kehormatan wanita juga diukur dari nasab keluarganya. Bila kita berasal dari bibit (nasab) yang baik, maka diharapkan ia pun akan memiliki sikap dn perbuatan yang baik serta anak keturunan yang pula nantinya. Rasulullah SAW bersabda:
“pilihlah yang baik untuk benih kamu, karena wanita itu melahirkan (anak) seperti saudara-saudara laki-laki dan saudara-saudasra perempuannya”. (HR Ibnu Adi dan Ibnu Asakir)
  1. wanita yang cantik luar dalam
kecantikan adalah anugerah ilahi yang harus disyukuri oleh setiap pemiliknya, karena wajah yang cantik dan dan menawan dari seoran wanita selalu menjadi pusat perhatian dari setiap pria diberbagai belahan dunia, sejak zaman dahulu kala.
Sebagaimana firman Allah:
“dijadikan indah pada (pandanga) manusia kecintaan kepada apa-apa yang diingini, yaitu: wanita-wanita, anak-anak, harta yang banyak dari jenis emas, perak, kuda pilihan, binatang-binatang ternak dan sawah lading.” (QS. Ali-Imran (3): 14)
Setiap pria normal pasti akan menyukai wanita yang berparas cantik. Namun, menurup pandangan Islam, kecantikan fisik saja tidak akan bertahan lama. Karena itu diperlukan kecantikan dari dalam (inner beauty) berupa sifat dan kepribadian yang baik, yaitu kecantikan yang dihiasi dengan sikap taqwa. Allah mengingat manusia dalam firmannya:
“sesungguhnya wanita budak yang mukmin lebih baik dari pada wanita musyrik walaupun dia menarik hatimu (cantik).” (QS. Al-Baqarah (2): 221)
Memang laki-laki menyukai keindahan. Tetapi harus kita pahami arti dari sebuah keindahan.[6] Keindahan tiu bias muncul pada semua bentuk wajah wanita. Karena keindahan iru meuncul dari perpaduan antara serasi dan keselarasan. Wanita yang serasi dan selaras mudah menjadi orang yang indah.
Seorang wanita diharamkan menampakkan keindahan tubuhnya kecuali yang niasa tampak, yakni wajah dan kedua telapak tangannya.[7] Sebagaimana Firman Allah:
“Katakanlah bagi wanita-wanita yang beriman agar mereka menahan pandangannya memelihata kemaluannya, dan janganlah mereka menampakkan perhiasannya, kecuali pada suami mereka atau ayah mereka, atau ayah suami mereka.” (QS. An-Nuur: 31)
  1. keagamaan yang baik
Wanita yang shalehah adalah idaman setiap pria yang shalelh pula. Bahkan pria bejat sekalipun sebenarnya menginginkan wanita yang shalehah. Dengan dmikian, memililki istri yang shalelhah, istri yang mampu memahami ajaran agama dan beakhlak mulia, merupakan permata hidup yang tak ternilai harganya. Karena itu Rasulullah SAW bersabda:
“ dunia ini hanya perhiasan (tempat kesenangan), dan sebaik-baik perhiasan (kesenangan) dunia adalah istri yang shalehah.” (HR Muslim)
Terdapat banyak kritaria yang dituntut dari diri wanita, dan dianjurkan menikahi wanita yang memiliki berbagai criteria tersebut. Diantara kriterianya adalah:[8]
  1. menaati agama dan sangat mencintainya
  2. tidak mengenal kata-kata yang tercela
  3. bersabar dan tidak bersedih
  4. berakhlak mulia
  5. dia tidak meremehkan dosa
  6. tidak menceritakan tentang wanita lainnya kepada suaminya
  7. tidak memakai minyak wangi ketika keluar dari rumahnya dan memelihara hijabnya
  8. menaati suaminya
Muhammad Utsman Al-Kasyi dalam Al-Mai’ah Al-Mitsaliyah fi A’yun Ar-Rijal-nya, mengemukakan sedikitnya sepuluh criteria atau cirri-ciri wanita/ istri ideal yang dikehendaki oleh para tokoh sukses, yaitu;[9]
1. wanita yang melahirkan suaminya untuk kedua kali, ketiga kali dan seterusnya. Maksudnya wanita yang mampu memberi inovatif dan pandai melakukan suatu perubahan.
2. wanita yang membantu suaminya untuk mewujudkan dan mengegolkan cita-cita nya.
3. membantu suami untuk mewujudkan cita-cita baru setelah cita-cita yang pertama tercapai.
4. mendampingi suami sampai cita-cita tercapai dan terwujud.
5. bias mengembuskan dan membangkitkan roh semangat dan harapan pada diri suaminya.
6. tidak membuat suami frustasi ketika ia sedang berada dipuncak optimisme dalam menggapai cita-citanya.
7. memberi waktu/peluang kepada suami untuk tenggelam dalam pekerjaan sedang digelutinya.
8. pandai memberi kritik yang kontruktif dengan baik kepada suami.
9. pandai mengatur waktu untuk tidak melakukan interversi disaat-saat tertentu.
10. menjadi sandaran terbaik bagi suami disaat ia menghadapi masa-masa krisis.
Dalam memilih calon istri, Islam telah memberikan beberapa petunjuk di antaranya:[10]
1. Hendaknya calon istri memiliki dasar pendidikan agama dan berakhlak baik karena wanita yang mengerti agama akan mengetahui tanggung jawabnya sebagai istri dan ibu.
Sebagaimana sabda Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam :
Dari Abu Hurairah radliyallahu ‘anhu dari Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam, beliau bersabda : “Perempuan itu dinikahi karena empat perkara, karena hartanya, keturunannya, kecantikannya, dan karena agamanya, lalu pilihlah perempuan yang beragama niscaya kamu bahagia.” (Muttafaqun ‘Alaihi)
Dalam hadits di atas dapat kita lihat, bagaimana beliau Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam menekankan pada sisi agamanya dalam memilih istri dibanding dengan harta, keturunan, bahkan kecantikan sekalipun.
Demikian pula Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman :
“Dan janganlah kamu nikahi wanita-wanita musyrik sebelum mereka beriman. Sesungguhnya wanita budak yang Mukmin lebih baik dari wanita musyrik, walaupun ia menarik hatimu … .” (QS. Al Baqarah : 221)
Sehubungan dengan kriteria memilih calon istri berdasarkan akhlaknya, Allah berfirman :
“Wanita-wanita yang keji adalah untuk laki-laki yang keji, dan laki-laki yang keji adalah buat wanita-wanita yang keji (pula), dan wanita-wanita yang baik adalah untuk laki-laki yang baik, dan laki-laki yang baik adalah untuk wanita-wanita yang baik (pula) … .” (QS. An Nur : 26)
Seorang wanita yang memiliki ilmu agama tentulah akan berusaha dengan ilmu tersebut agar menjadi wanita yang shalihah dan taat pada Allah Subhanahu wa Ta’ala. Wanita yang shalihah akan dipelihara oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala sebagaimana firman-Nya :
“Maka wanita-wanita yang shalihah ialah yang taat kepada Allah lagi memelihara dirinya, oleh karena itu Allah memelihara mereka.” (QS. An Nisa’ : 34)
Sedang wanita shalihah bagi seorang laki-laki adalah sebaik-baik perhiasan dunia.“Dunia adalah perhiasan, dan sebaik-baik perhiasan dunia adalah wanita shalihah.” (HR. Muslim)
2. Hendaklah calon istri itu penyayang dan banyak anak.
Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam pernah bersabda :
Dari Anas bin Malik, Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam bersabda : ” … kawinilah perempuan penyayang dan banyak anak … .” (HR. Ahmad dan dishahihkan oleh Ibnu Hibban)
Al Waduud berarti yang penyayang atau dapat juga berarti penuh kecintaan, dengan dia mempunyai banyak sifat kebaikan, sehingga membuat laki-laki berkeinginan untuk menikahinya.
Sedang Al Mar’atul Waluud adalah perempuan yang banyak melahirkan anak. Dalam memilih wanita yang banyak melahirkan anak ada dua hal yang perlu diketahui :
a. Kesehatan fisik dan penyakit-penyakit yang menghalangi dari kehamilan.
b. Melihat keadaan ibunya dan saudara-saudara perempuan yang telah menikah sekiranya mereka itu termasuk wanita-wanita yang banyak melahirkan anak maka biasanya wanita itu pun akan seperti itu.
3. Hendaknya memilih calon istri yang masih gadis terutama bagi pemuda yang belum pernah nikah.
Hal ini dimaksudkan untuk mencapai hikmah secara sempurna dan manfaat yang agung, di antara manfaat tersebut adalah memelihara keluarga dari hal-hal yang akan menyusahkan kehidupannya, menjerumuskan ke dalam berbagai perselisihan, dan menyebarkan polusi kesulitan dan permusuhan. Pada waktu yang sama akan mengeratkan tali cinta kasih suami istri. Sebab gadis itu akan memberikan sepenuh kehalusan dan kelembutannya kepada lelaki yang pertama kali melindungi, menemui, dan mengenalinya. Lain halnya dengan janda, kadangkala dari suami yang kedua ia tidak mendapatkan kelembutan hati yang sesungguhnya karena adanya perbedaan yang besar antara akhlak suami yang pertama dan suami yang kedua. Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam menjelaskan sebagian hikmah menikahi seorang gadis :
Dari Jabir, dia berkata, saya telah menikah maka kemudian saya mendatangi Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam dan bersabda beliau Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam : “Apakah kamu sudah menikah ?” Jabir berkata, ya sudah. Bersabda Rasulullah : “Perawan atau janda?” Maka saya menjawab, janda. Rasulullah bersabda :“Maka mengapa kamu tidak menikahi gadis perawan, kamu bisa bermain dengannya dan dia bisa bermain denganmu.”
4. Mengutamakan orang jauh (dari kekerabatan) dalam perkawinan.
Hal ini dimaksudkan untuk keselamatan fisik anak keturunan dari penyakit-penyakit yang menular atau cacat secara hereditas.
Sehingga anak tidak tumbuh besar dalam keadaan lemah atau mewarisi cacat kedua orang tuanya dan penyakit-penyakit nenek moyangnya.
Di samping itu juga untuk memperluas pertalian kekeluargaan dan mempererat ikatan-ikatan sosial.
B. Kriteria Memilih Calon Suami
1. Islam
Ini adalah kriteria yang sangat penting bagi seorang Muslimah dalam memilih calon suami sebab dengan Islamlah satu-satunya jalan yang menjadikan kita selamat dunia dan akhirat kelak.
Sebagaimana firman Allah Subhanahu wa Ta’ala :
“ … dan janganlah kamu menikahkan orang-orang musyrik (dengan wanita-wanita Mukmin) sebelum mereka beriman. Sesungguhnya budak yang Mukmin lebih baik dari orang musyrik walaupun dia menarik hatimu. Mereka mengajak ke neraka, sedang Allah mengajak ke Surga dan ampunan dengan izin-Nya. Dan Allah menerangkan ayat-ayat-Nya (perintah-perintah-Nya) kepada manusia supaya mereka mengambil pelajaran.” (QS. Al Baqarah : 221)
2. Berilmu dan Baik Akhlaknya.
Masa depan kehidupan suami-istri erat kaitannya dengan memilih suami, maka Islam memberi anjuran agar memilih akhlak yang baik, shalih, dan taat beragama.
Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam bersabda :
“Apabila kamu sekalian didatangi oleh seseorang yang Dien dan akhlaknya kamu ridhai maka kawinkanlah ia. Jika kamu sekalian tidak melaksanakannya maka akan terjadi fitnah di muka bumi ini dan tersebarlah kerusakan.” (HR. At Tirmidzi)
Islam memiliki pertimbangan dan ukuran tersendiri dengan meletakkannya pada dasar takwa dan akhlak serta tidak menjadikan kemiskinan sebagai celaan dan tidak menjadikan kekayaan sebagai pujian. Sebagaimana firman Allah Ta’ala :
“Dan kawinkanlah orang-orang yang sendirian di antara kamu dan orang-orang yang layak (nikah) dan hamba-hamba sahayamu yang lelaki dan hamba-hamba sahayamu yang perempuan. Jika mereka miskin, Allah akan memampukan mereka dengan karunia-Nya dan Allah Maha Luas (pemberian-Nya) lagi Maha Mengetahui.” (QS. An Nur : 32)
Laki-laki yang memilki keistimewaan adalah laki-laki yang mempunyai ketakwaan dan keshalihan akhlak. Dia mengetahui hukum-hukum Allah tentang bagaimana memperlakukan istri, berbuat baik kepadanya, dan menjaga kehormatan dirinya serta agamanya, sehingga dengan demikian ia akan dapat menjalankan kewajibannya secara sempurna di dalam membina keluarga dan menjalankan kewajiban-kewajibannya sebagai suami, mendidik anak-anak, menegakkan kemuliaan, dan menjamin kebutuhan-kebutuhan rumah tangga dengan tenaga dan nafkah.
Jika dia merasa ada kekurangan pada diri si istri yang dia tidak sukai, maka dia segera mengingat sabda Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam yaitu :
Dari Abu Hurairah radliyallahu ‘anhu berkata, bersabda Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam : “Jangan membenci seorang Mukmin (laki-laki) pada Mukminat (perempuan) jika ia tidak suka suatu kelakuannya pasti ada juga kelakuan lainnya yang ia sukai.” (HR. Muslim)
Sehubungan dengan memilih calon suami untuk anak perempuan berdasarkan ketakwaannya, Al Hasan bin Ali rahimahullah pernah berkata pada seorang laki-laki :
“Kawinkanlah puterimu dengan laki-laki yang bertakwa sebab jika laki-laki itu mencintainya maka dia akan memuliakannya, dan jika tidak menyukainya maka dia tidak akan mendzaliminya.”
Untuk dapat mengetahui agama dan akhlak calon suami, salah satunya mengamati kehidupan si calon suami sehari-hari dengan cara bertanya kepada orang-orang dekatnya, misalnya tetangga, sahabat, atau saudara dekatnya.
Kriteria suami yang shaleh adalah suami yang selalu berusaha melaksanakan seluruh kewajiban secara baik dan bertanggung jawab. Adapun kewajiban-kewajiban tersebut adalah,[11]
1. Memberikan nafkah lahir berupa sandang, pangan, dan papan sesuai kemampuan, sebagaimana firman Allah swt.,
“Dan kewajiban ayah (suami) memberi makan dan pakaian kepada para ibu (isteri) dengan cara yang baik.?” (Q.S. Al-Baqarah: 233)
“Tempatkanlah mereka (para istri) di mana kamu bertempat tinggal menurut kemampuanmu dan janganlah kamu menyusahkan mereka untuk menyempitkan (hati) mereka.?” (Q.S. Ath-Thalaaq 65: 6)
Memberikan nafkah batin Salah satu kebutuhan manusia adalah terpenuhinya hasrat biologis. Hubungan biologis akan menjadi perekat pernikahan apabila dilakukan atas dasar saling membutuhkan dan dilakukan dengan cinta. Allah swt. menetapkan bahwa suami berkewajiban memenuhi nafkah batin isteri.
“Istri-istrimu adalah (seperti) tanah tempat kamu bercocok tanam, maka datangilah tanah tempat bercocok tanam itu bagaimana saja kamu kehendaki.?” (Q.S. Al Baqarah: 223)
Ayat ini sifatnya perumpamaan, Allah swt. mengumpamakan istri bagaikan kebun tempat bercocok tanam sementara suami diumpamakan sebagai orang yang akan menanam benih, maka datangilah tempat bercocok tanam itu bagaimana saja kamu kehendaki.
Ayat ini menegaskan bahwa dalam melakukan hubungan intim, gaya apapun boleh dilakukan asal keduanya (suami-isteri) merasa nyaman.
Yang dilarang hanya satu, yaitu tidak boleh melakukan hubungan intim lewat dubur sebagaimana disebutkan dalam riwayat Ahmad dan Ash Habus-Sunan dari Abu Hurairah.
“Terlaknatlah laki-laki yang mendatangi perempuan pada duburnya.?
Memberi Bimbingan pada Keluarga Suami mempunyai status sebagai pemimpin dalam keluarga, karenanya ia berkewajiban memberi nafkah lahir, batin, dan memberi bimbingan agama kepada istri dan anaknya.”
2. Kaum laki-laki (suami) itu adalah pemimpin bagi kaum wanita (istri), oleh karena Allah telah melebihkan sebagian mereka (suami) atas sebagian yang lain (istri), dan karena mereka (suami) telah menafkahkan sebagian dari harta mereka.? (Q.S. An-Nisaa 4: 34)
“Dan perintahkanlah kepada keluargamu mendirikan shalat dan bersabarlah kamu dalam mengerjakannya.” (Q.S.Thaahaa: 132)
3. Memperlakukan istri secara baik dan menjaga perasaannya Rasulullah saw. menilai bahwa suami yang terbaik baik adalah yang paling baik pada istrinya.
Orang mukmin yang paling sempurna imannya ialah yang paling baik akhlaqnya, dan sebaik-baik kamu adalah yang paling baik kepada istrimu.? (H.R. Tirmidzi) ...dan bergaullah dengan mereka secara baik...? (Q.S. An-Nisaa :19)
4. Hendaklah kamu (suami) memberi makan istri apabila engkau makan, dan engkau beri pakaian kepadanya bila engkau berpakaian, dan jangan engkau pukul mukanya, dan jangan engkau jelekkan dia, dan jangan engkau jauhi melainkan di dalam rumah. (H.R. Ahmad, Abu Daud, Nasa'i, dan yang lainnya)
Apabila empat kewajiban ini Anda kerjakan dengan sebaik-baiknya, insya Allah Anda akan menjadi suami yang ideal bagi istri dan menjadi ayah yang jadi kebanggaan anak-anaknya.
Dari sumber lain juga mengungkapkan beberapa criteria tambahan, yaitu:[12]
  1. BeragamaIslam
“…Allah sekali-kali tidak akan memberi jalan kepada orang-orang kafir untuk menguasai orang-orang yang beriman”(Q.S.An-Nisaa’:141)
“Bila datang seorang laki-laki yang kamu ridhai agama dan akhlaqnya, hendaklah kamu nikahkan dia, karena kalo engkau tidak mau menikahkannya, niscaya akan terjadi fitnah di muka bumi dan kerusakan yang meluas.”(H.R. Tirmidzi dan Ahmad)
  1. Menjauhi Kemaksiatan
“Hai orang-orang yang beriman, jagalah dirimu dan keluargamu dari siksa api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat kasar, yang keras, yang tidak mendurhakai Allah atas perintah Allah kepada mereka dan selalu taat pada apa yang diperintahkan.”(QS At-Tahiriim Ayat:6)
Dalam hadits:“Tiga golongan yang Allah haramkan masuk syurga yaitu : peminum minuman keras, orang yang durhaka terhadap ibu bapaknya, dan orang yang berbuat dayyuts yang menanamkan perbutan dosa kepada keluarganya.”(H.R. Nasa’i)
  1. Kuat Semangat Jihadnya
“Orang-orang yang beriman dan yang anak cucu mereka mengikuti mereka dalam keimanan, Kami hubungkan anak cucu mereka dengan mereka, dan Kami tiada mengurangi sedikitpun dari pahala amal mereka. Tiap-tiap manusia terikat dengan apa yang dikerjakannya.”(Q.S. Ath-Thuur ayat 21)
  1. Dari Keluarga Yang Shalih dalam Hadits :
Dari Rifa’ah bin Rafi’, sesungguhnya Nabi SAW bersabda kepada ‘Umar RA : “Kumpulkan kaummu kepadaku”, lalu ia kumpulkan mereka. Setelah mereka tiba di depan pintu Nabi SAW, ‘Umar masuk kepada beliau, lalu ujarnya: “Kaumku sudah kukumpulkan kepada Tuan”. Orang-orang Anshar mendengar kejadian ini, lalu mereka berkata: “Wahyu telah turun tentang Quraisy”. Sesaat kemudian datanglah orang-orang yang mendengar dan menyaksikan apa yang diucapkan kepada mereka, lalu Nabi SAW keluar kepada mereka seraya sabdanya: “Apakah ada orang lain di tengah kalian?” Mereka menyahut: “Ada, di tengah kami ada teman-teman setia kamu, keponakan-keponakan kami, dan maula-maula (keluarga dekat) kami”. Nabi SAW bersabda: “Teman-teman setia kita, keponakan-keponakan kita, dan maula-maula kita adalah bagian dari kita sendiri. Harap kalian dengarkan bahwa orang-orang yang menjadi teman-teman dekatku diantara kalian adalah orang-orang bertaqwa; jika kalian seperti mereka, kalian termasuk golongan tersebut; jika tidak, kalian harus pikirkan, sebab pada hari qiamat kelak orang lain akan datang kepadaku dengan membawa amal-amal mereka, tetapi kalian datang dengan membawa bekal lain, lalu kalian ditolak…”(H.R. Bukhari, Hadits Hasan)
  1. Taat Kepada Orang Tuanya, Dalam Hadits:
Dari Mu’awiyah bin Jahimah, sesungguhnya Jahimah berkata: “Saya datang kepada Nabi SAW, untuk minta izin kepada beliau guna pergi berjihad, namun Nabi SAW bertanya: “Apakah kamu masih punya ibu bapak (yang tidak bisa mengurus dirinya)?”. Saya menjawab: “Masih”. Beliau bersabda: “Uruslah mereka, karena syurga ada di bawah telapak kaki mereka”.”(H.R. Thabarani, Hadits hasan)
  1. Mandiri dalam Ekonomi/Mapan
Rasulullah SAW bersabda :
“Hai golongan pemuda, barangsiapa di antara kamu ada yang mampu (untuk membelanjai) menikah, hendaklah ia nikah, karena nikah itu akan lebih menjaga pandangan dan akan lebih memelihara kemaluan, dan barangsiapa belum mampu nikah, hendaklah ia berpuasa, karena puasa itu ibarat pengebiri”(H.R. Ahmad, Bukhari dan Muslim)
  1. Kualitas Dirinya Setaraf atau Lebih Baik, dalam Hadits :
“Manusia itu ibarat barang tambang, ada yang emas dan ada yang perak. Mereka yang terbaik pada zaman Jahiliyah, tetap terbaik pula pada zaman Islam, asalkan mereka memahami agama.” (H.R. Bukhari)
  1. Dapat Memimpin
“Laki-laki adalah pemimpin kaum wanita, karena Allah telah melebihkan sebagian mereka atas sebagian lainnya dan karena mereka telah membelanjakan sebagian harta mereka…”(Q.S. An-Nisaa’ ayat 34 )
  1. Bertanggung jawab
“Salah seorang dari kedua wanita itu berkata: ‘Ya bapakku, ambillah ia sebagai orang yang bekerja (pada kita), karena sesungguhnya orang yang paling baik yang engkau ambil untuk bekerja (pada kita) ialah orang yang kuat lagi dapat dipercaya.”(Q.S. Al-Qashash ayat 26)
  1. Bersifat Adil, dalam Hadits:
Dari Nu’man bin Basyir ra, bahwa ayahnya membawanya kepada Rasulullah saw, lalu ia bercerita kepada beliau: “Aku berikan kepada anakku ini salah seorang budakku untuk dijadikan pelayannya.” Rasulullah saw bertanya: “Apakah semua anakmu engkau beri semacam ini?” Jawabnya: “Tidak.” Rasulullah saw bersabda: “Kalau begitu batalkanlah.” Dalam riwayat lain disebutkan: Rasulullah saw bertanya: “Apakah terhadap semua anakmu kamu berlaku seperti ini?” Jawabnya: “Tidak.” Beliau bersabda: “Takutlah pada Allah; dan berlaku adillah kepada anak-anakmu!” Ayahku lalu membatalkannya dan dia menarik kembali sedekahnya….(H.R. Bukhari dan Muslim)
  1. Berperilaku Halus , dalam Hadits:
Dari Abu Huraihah ra,ujarnya: Rasulullah saw bersabda: “Nasihatilah para wanita itu baik-baik, karena wanita itu diciptakan dari tulang rusuk; dan tulang rusuk yang paling bengkok adalah yang teratas. Jika engkau berlaku keras dalam meluruskannya, engkau akan mematahkannya. Akan tetapi, jika engkau biarkan dia, tentu akan tetap bengkok. Oleh karena itu, berikanlah nasihat baik-baik kepada para wanita.”(H.R. Bukhari dan Muslim)
  1. Tidak Kikir, dalam Hadits:
Dari ‘Aisyah, ujarnya: Sesungguhnya Hindun datang kepada Nabi saw, lalu berkata: “Wahai Rasulullah, Abu Sufyan adalah orang yang kikir dan tidak mau memberikan belanja yang cukup untukku dan anakku sehingga terpaksa aku mengambil dari hartanya tanpa sepengetahuannya.” Beliau bersabda: “Ambillah sekedar cukup untuk dirimu dan anakmu dengan wajar!” (H.R. Bukhari, Muslim, Ahmad, Nasa’i, Abu Dawud, dan Ibnu Majah)
  1. Tidak Lemah Syahwat, dalam Hadits:
‘Umar bin Khattab berkata tentang suami yang lemah syahwat: ” Dia diberi tempo satu tahun. Jika dapat sembuh, (perkawinannya bisa diteruskan); dan jika tidak, mereka boleh diceraikan dan istrinya mendapatkan mahar dan harus ber’iddah.” (H.R. Baihaqi)
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Cinta dalam artian positif dapat memberi keindahan, memberi energi untuk berjuang, dan tentunya cinta membutuhkan pengorbanan. Seseorang yang lemah akan menjadi kuat, yang penakut menjadi pemberani, yang jauh akan terasa dekat karena cinta.
Menurut agama nikahilah seseorang karena wajah, harta, nasab, dan agamanya (ada 4 kriteria memilih jodoh).
Yang pertama, pilihlah wajahnya yang cantik/ tampan (biar gak bosen di rumah, biar kita betah di rumah, ada tempat bernaung, tempat curhat berbagi rasa suka dan duka).
Namun ingat, jangan dijadikan proritas utama. Karena wajah yang cantik/ tampan akan berubah seiring bertambahnya umur berkurangnya usia.
Yang kedua, carilah anak orang kaya. Namun ingat, jangan dijadikan patokan karena kekayaan bisa mendatangkan kesombongan! Tanpa harta memang orang sulit bahagia, namun harta bukanlah jaminan orang bisa hidup bahagia. Banyak orang miskin yang kaya, tapi tidak sedikit orang kaya yang miskin (maksudnya orang miskin kaya hati dan orang kaya yang kurang bersyukur). Lebih baik miskin harta kaya budi daripada kaya harta miskin budi. Lebih utama lagi kaya harta kaya budi.
Yang ketiga, faktor keturunan. Pepatah mengatakan buah jatuh tak jauh dari pohonnya. Biasanya anak merupakan hasil fotokopian kelakuan orang tuanya. Kalau orang tuanya sholih insyAlloh anaknya pun ikut sholih. Namun demikian faktor keturunan bukanlah faktor dominan karena segala sesuatu sangat tergantung hidayah Alloh SWT. Bisa jadi orang tuanya maling anaknya jadi kyai/ ulama, bahkan anak nabi pun bisa ikut-ikutan orang kafir. Pada akhirnya orang mau besar atau tidak ditentukan kepribadian orang itu sendiri. Iman harus dicari, tidak bisa diwarisi dari ayah yang bertaqwa.
Yang terakhir, faktor agama. Inilah faktor yang harus dijadikan prioritas utama menentukan calon pendamping hidup. Disinilah segala sesuatunya ditentukan. Wajah tampan/ cantik, anaknya orang kaya, keturunan orang sholih, namun kalau dia sendiri agamanya rapuh maka ketiga kriteria sebelumnya hanya akan mendatangkan malapetaka.
B. Saran
Demikianlah yang dapat kami sampaikan, penulis menyadari makalah ini masih jauh dari kebenarannya, maka penulis menyarankan kepada pembaca untuk selanjutnya agar lebih baik lagi.

DAFTAR PUSTAKA
- Shihab, Quraish, 2004, Mistik, Seks, dan Ibadahnya, Jakarta:Penerbit Republika.
- Indra, Hasbi, dkk, 2004, Potret Wanita Shalehah, Jakarta: Permadani.
- Nabila, 2006, Sambutlah Jodoh dengan Senyum, Bandung: CV. Nabila Elita Media.
- Labib, 2007, Dialog Wanita Modern, Surabaya:Putra Jaya.
- Harahap, Amru, 2009, Ikhtiar Cinta, Jakarta: Kultum Media.
- http://mayapuspitasari.wordpress.com/2008/09/04/kriteria-calon-suami-yang-diinginkan/



[1] Quraish Shihab, Mistik, Seks, dan Ibadahnya, (Jakarta:Penerbit Republika, 2004), hal. 24.
[2] http://annaput3syukur.blogspot.com/2010/05/cara-mencari-calon-pendamping-hidup.html
[3] Ibid.,
[4] http://www.firanda.com/index.php/artikel/keluarga/41-kriteria-calon-istri-idaman-seri%201
[5] Hasbi Indra, dkk, Potret Wanita Shalehah, (Jakarta: Permadani, 2004), hal. 11-19.
[6] Nabila, Sambutlah Jodoh dengan Senyum, (Bandung: CV. Nabila Elita Media, 2006) hal. 7.
[7] Labib, Dialog Wanita Modern, (Surabaya:Putra Jaya, 2007), Hal. 18
[8]
[9] Amru Harahap, Ikhtiar Cinta, (Jakarta: Kultum Media, 2009), hal.101-103
[10] http://gugundesign.wordpress.com/2009/03/18/kriteria-memilih-pasangan-hidup-menurut-islam/
[11] http://reza-pramadia.blogspot.com/2006/11/kriteria-calon-suami-yang-shaleh.html
[12] http://mayapuspitasari.wordpress.com/2008/09/04/kriteria-calon-suami-yang-diinginkan/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar