Selasa, 27 April 2010

KESEHATAN MENTAL DI MASYARAKAT KAITANNYA DENGAN AGAMA

KESEHATAN MENTAL DI MASYARAKAT KAITANNYA DENGAN AGAMA

A. KESEHATAN MENGAL DI MASYARAKAT

Kesehatan mental adalah ilmu yang meliputi tentang prinsip-prinsip, peraturan-peraturan, serta prosedur-prosedur untuk mempertinggi kesehatan rohani. Orang yang sehat mentalnya adalah orang yang dalam rohani atau dalam hatinya selalu merasa tenang, aman, dan tentram. Sedangkan permasalahan kesehatan mental meyangkut pengetahuan serta prinsip-prinsip yang terdapat dalam lapangan Psikologi, kedokteran, psikiater, biologi, sosiologi, dan agama.

Beberapa temuan dalam bidang kedokteran dijumpai sejumlah kasus yang membuktikan adanya hubungan antara agama dengan kesehatan mental manusia. Orang yang merasa takut langsung akan kehilangan nafsu makan, atau buang air. Atau dalam keadaan kesal dan jengkel, maka perut seseorang akan merasa kembung. Dalam kedokteran dikenal ada beberapa macam pengobatan antara laing dengan menggunakan bahan-bahan kimia, cairan suntik atau dengan meminum obat. Atau bisa juga dengan menggunakan sorot sinar laser, getaran arus listrik, dan lain sebagainya. Selain itu juga dikenal pengobatan tradisional dengan cara pijat, suntik jarum sampai keperdukunan.

Sejak berkembanganya ilmu kedokteran, banyak sekali pengobatan yang tidak menggunakan cara-cara seperti di atas, akan tetapi menggunakan metode baru yang dikenal dengan nama Hipotheria atau dikenal dengan nama psikoterapi, yaitu penyembuhan diri sendiri yang dilakukan tanpa menggunakan bantuan obat-obatan seperti biasanya. Sesuai dengan istilahnya, maka psikoterapi dan autotherapi digunakan untuk meyembuhkan pasien yang menderita penyakit gangguan jiwa (rohani). Dalam usaha penyembuhan semacam ini banyak kasus-kasus tertentu yang biasanya dihubungkan dengan kepercayaan pasien tersebut masing-masing.

Ketika saraf tubuh manusia terputus dengan dunia luar , maka mereka akan dapat berhubungan dengan dunia khayal atau dalam arti lain mereka akan berhalusinasi sehingga meraka tidak akan sadarkan diri untuk beberapa waktu. Rasa halusinasi ini terjadi ketika manusia merasa takut karena berdosa atau melakukan sesuatu yang membuat dirinya mengecil dari orang lain, penuhkeraguan ketika memutuskan sesuatu permasalahan, mereka akan terbawa jauh dari kenyataan hidup yang sebenarnya. Dan orang yang seperti ini tidak akan mengalami kemajuan sama sekali baik dari sisi keagamaan maupun dari sisi sosialnya. Jika seseorang berada dalam keadaan normal, seimbang, hormon dan kimiawinya, maka ia akan selalu berada dalam keadaan aman. Perubahan yang terjadi dalam kejiwaan ini disebut dnegan spektrum hidup.

Barangkali hubungan antara kejiwaan dan agama dalam kaitannya dengan hubungan antara agama sebagai keyakinan dan kesehatan jiwa, terletak pada sikap peyerahan diri seseorang terhadap sesuatu kekuasaan Yang Maha Tinggi. Sikappasrah yang semacam ini diduga akan memberi sikap positif seperti rasa bahagia, rasa aman, senang, puas, sukses, merasa dicintai. Sikap yang demikian merupakan bagian dari kebutuhan mendasar manusia yang harus dipenuhi sebagai makhluk yang ber-Tuhan. Maka kondisi yang seperti ini akan membawa manusia dalam keadaan yang tenang dan normal sehingga manusia dapat melaksanakan aktivitas keseharian mereka dengan penuh rasa percaya diri dan merasakan ketenangan dalam diri mereka karena sebagian dari kebutuhan dasar mereka sudah terpenuhi. Ketika kebutuhan dasar mereka belum terpenuhi, maka manusia akan merasa cemas, khawatir, ragu-ragu dan tidak merasakan ketenagan dalam hidupnya sehingga ketika mereka beraktivitas mereka tidak akan maksimal dan hasil yang mereka peroleh pun tidak akan memuaskan.

Adapun makna hidup adalah segala hal yang mampu memberikan nilai khusus bagi seseorang yang bila dipenuhi akan mejadikan hidupnya berharga dan akhirnya akan menimbulkan penghayatan bahagian dalam dirinya.

B. KESEHATAN MENTAL DI MASYARAKAT DAN KAITANNYA DENGAN AGAMA

Agama adalah suatu ajaran dimana setiap pemeluknya dianjurkan untuk selalu berbuat baik. Untuk itu semua penganut agama yang mempercayaai ajaran dan melaksanakan ajarannya mereka akan senantiasa melaksanakan segala hal yang ada dalam ajaran tersebut. Manusia tidak bisa dilepaskan dengan agama, oleh karena itu agama dan manusia berhubungan sangat erat sekali. Ketika manusia jauh dari agama. Maka akan ada kekosongan dalam jiwanya.

Walaupun mungkin kebutuhan materialnya mereka terpenuhi. Akan tetapi kebutuhan batin mereka tidak, sehingga mereka akan mudah terkena penyakit hati.

Manusia adalah makhluk yang tidak bisa dipisahkan dari orang lain oleh karena itu kita membutuhkan mereka untuk melangsungkan kehidupan kita dengan lancar. Untuk memenuhi kebutuhan itu manusia harus bekerja keras sehingga kebutuhan mereka dapat terpenuhi baik kebutuhan primer maupun sekunder. Ketika kebutuhan mereka tidak terpenuhi secara wajar, maka akan timbul konflik dlam dirinya sehingga mengakibatkan jiwa mereka akan tergoncang dan memerlukan penanganan secepatnya.

Untuk menangani penyakit yang berhubungan dengan mental ini banyak yang menggunakan cara pengobatan tradisional dan modern. Akan tetapi dari berbagai kasus yang ada justru banyak penderita kejiwaan yang disembuhkan dengan pendekatan agama atau kepercayaan. Hal iniManusia adalah makhluk yang tidak bisa dipisahkan dari orang lain oleh karena itu kita membutuhkan mereka untuk melangsungkan kehidupan kita dengan lancar. Untuk memenuhi kebutuhan itu manusia harus bekerja keras sehingga kebutuhan mereka dapat terpenuhi baik kebutuhan primer maupun sekunder. Ketika kebutuhan mereka tidak terpenuhi secara wajar, maka akan timbul konflik dlam dirinya sehingga mengakibatkan jiwa mereka akan tergoncang dan memerlukan penanganan secepatnya.

Untuk menangani penyakit yang berhubungan dengan mental ini banyak yang menggunakan cara pengobatan tradisional dan modern. Akan tetapi dari berbagai kasus yang ada justru banyak penderita kejiwaan yang disembuhkan dengan pendekatan agama atau kepercayaan. Hal ini membuktikan bahwa manusia pada hakikatnya adalah makhluk yang ber-Tuhan dan akan kembali ke-Tuhan pada suatu saat. Sehingga ketika mereka terhimpit permasalahan batin mereka akan lari kepada agama dan menemukan jawaban dari permasalahan yang mereka hadapi.

Al-Quran berfungsi sebagai As-Syifa atau obat untuk menyembuhkan penyakit fisik maupun rohani. Dalam Al-Quran banyak sekali yang menjelaskan tentang kesehatan. Ketenangan jiwa dapat dicapai dengan zikir (mengingat) Allah. Rasa taqwa dan perbuatan baik adalah metode pencegahan dari rasa takut dan sedih. Dan ketika seseorang mengalami permasalahan dalam kehidupannya maka hadapilah dengan sabar dan sholat sebagai jalan keluar dari segala macam permasalahan dan ketika segala macam usaha telah dilakukan secara maksimal maka serahkanlah segala macam urusan kita, hidup mati kita, sehat sakit kita hanya kepada Allah semata karena hanya Dia – lah segala macam urusan dikembalikan. Dan barang siapa yang menyerahkan segala urusan dunia dan akhiratnya hanya kepada Allah, maka Allah akan memberikan hati mereka rasa aman, tenang dan tentram sehingga mereka dapat beraktivitas dengan maksimal sehingga mencapai hasil yang diinginkan.

Membuktikan bahwa manusia pada hakikatnya adalah makhluk yang ber-Tuhan dan akan kembali ke-Tuhan pada suatu saat. Sehingga ketika mereka terhimpit permasalahan batin mereka akan lari kepada agama dan menemukan jawaban dari permasalahan yang mereka hadapi.

Al-Quran berfungsi sebagai As-Syifa atau obat untuk menyembuhkan penyakit fisik maupun rohani. Dalam Al-Quran banyak sekali yang menjelaskan tentang kesehatan. Ketenangan jiwa dapat dicapai dengan zikir (mengingat) Allah. Rasa taqwa dan perbuatan baik adalah metode pencegahan dari rasa takut dan sedih. Dan ketika seseorang mengalami permasalahan dalam kehidupannya maka hadapilah dengan sabar dan sholat sebagai jalan keluar dari segala macam permasalahan dan ketika segala macam usaha telah dilakukan secara maksimal maka serahkanlah segala macam urusan kita, hidup mati kita, sehat sakit kita hanya kepada Allah semata karena hanya Dia – lah segala macam urusan dikembalikan. Dan barang siapa yang menyerahkan segala urusan dunia dan akhiratnya hanya kepada Allah, maka Allah akan memberikan hati mereka rasa aman, tenang dan tentram sehingga mereka dapat beraktivitas dengan maksimal sehingga mencapai hasil yang diinginkan.

Untuk berperan dalam dunia kesehatan mental bagi masyarakat, gereja tidak perlu menunggu infrastruktur lengkap seperti rumah sakit, pusat penelitian, dan sebagainya. Sebuah gereja lokal, yang memiliki visi tentang kesehatan holistik, dapat menjadi inisiator (atau bersama satu-dua institusi lainnya) mendirikan lembaga konseling (counseling centre) yang sederhana. Pendeta dapat melatih dan memanfaatkan tenaga awam yang berprofesi di bidang kesehatan, misalnya psikolog, dokter, dan psikiater. Mereka dapat menjadi konsultan bagi pendeta yang adalah konselor di gereja. Para profesional ini dapat diminta bantuannya jika sewaktu-waktu pendeta mengalami kesulitan. Atau juga menerima referal (rujukan) jika ada faktor-faktor medik yang perlu ditangani dokter atau psikiater.

Maksud diatas adalah, pihak geraja tidak perlu mendirikan rumah sakit jiwa atau lembaga konseling yang besar, Karena hal itu harus membutuhkan biaya yang mahal. Oleh karena itu dibuatlah ruangan khusus digeraja untu ruang konseling ini. Ruangan ini dapat kita lihat di geraja-geraja yang mempunyai ruangan ibadah yang luas.

Manfaat kelompok religius bagi prevensi dari penyakit jiwa antara lain :
1. Menyediakan kebutuhan untuk membaharui rasa percaya dasar (basic trust), yang dibangun lewat ibadah dan perayaan gerejawi;

2. Membangun kebutuhan dasar sense of belonging, yang diperoleh lewat keterlibatan penuh dalam aktifitas gereja, khususnya lewat kelompok-kelompok kecil.

3. Membangun komitmen bersama dalam menemukan kebutuhan makna hidup.
4. Menyediakan kebutuhan pengalaman transendens, yakni persekutuan dengan Allah lewat doa dan simbol-simbol lainnya (pengakuan dosa) dan menyediakan suasana yang kondusi dalam menghadapi berbagai krisis.

Mengenai Agama dan Kesehatan mental dapat kita tarik kesimpulan:

• Agama adalah hubungan praktis yang dirasakan dengan apa yang dia percayai sebai mahluk atausebagai wujud yang lebih tinggi dari manusia.

• Kesehatan mental adalah terhindarnya seseorang dari gangguan dan penyakit jiwa.

• Hubungan antara kejiwaan dan agama dalam kaitannya dengan hubungan antara agama sebagai keyakinan dan kesehatan jiwa, terletak pada sikap penyerahan diri seseorang terhadap suatu kekuasaan Yang Maha Tinggi. Sikap pasrah yang seruapa itu diduga akan memberi sikap optimis pada diri seseorang sehingga muncul perasaan positif, seperti rasa bahagia, rasa sengang, puas, sukses, merasa dicintai, atau rasa aman. Dengan kata lain, kondisi yang demikian menjadi manusia pada kondisi kodratinya, sesuai dengan fitrah kejadiannya, sehat jasmani dan ruhani.

Referensi:

- http://radensomad.com/hubungan-agama-dan-kesehatan.html

- http://nn-no.facebook.com/topic.php?uid=109291133078&topic=14250

- http://www.hardja-sapoetra.co.cc/2010/03/agama-dan-kesehatan-mental-psikologi.html

SELF CONCEPT AND SELF CONTROL

SELF CONCEPT AND SELF CONTROL

A. SELF KONSEP

Konsep-diri adalah akumulasi pengetahuan tentang diri, seperti keyakinan tentang karakter kepribadian, karakteristik fisik, kemampuan, nilai, tujuan, dan peran. Dimulai pada bayi, anak-anak memperoleh dan mengelola informasi tentang diri mereka sebagai sebuah cara untuk memungkinkan mereka untuk memahami hubungan antara diri dan dunia sosial mereka. Proses perkembangan ini merupakan akibat langsung dari keterampilan kognitif muncul anak-anak dan hubungan sosial mereka dengan kedua keluarga dan teman-temannya. Selama anak usia dini, diri-konsep anak-anak kurang dibedakan dan berpusat pada karakteristik beton, seperti atribut fisik, harta, dan keterampilan. Selama masa kanak-kanak tengah, konsep-diri menjadi lebih terintegrasi dan dibedakan sebagai anak melakukan perbandingan sosial dan lebih jelas merasakan diri sebagai terdiri dari internal, karakteristik psikologis. Sepanjang masa kanak-kanak dan remaja kemudian, konsep-diri menjadi lebih abstrak, kompleks, dan hirarkis diatur dalam penggambaran mental kognitif atau skema diri, yang langsung memproses informasi diri relevan.

Konsep diri adalah sebuah bangunan multi-dimensi yang mengacu pada persepsi seseorang tentang "diri" dalam kaitannya dengan sejumlah karakteristik, seperti akademisi (dan nonacademics), peran gender dan seksualitas, identitas ras, dan sebagainya. Sementara terkait erat dengan kejelasan konsep diri (yang "mengacu pada sejauh mana pengetahuan diri dan percaya diri jelas didefinisikan, internal konsisten, dan temporal stabil"), itu mengandaikan tetapi dibedakan dari kesadaran diri, yang hanya kesadaran individu diri mereka. Hal ini juga lebih umum dari harga diri, yang merupakan unsur murni evaluatif dari konsep-diri.

Konsep diri terdiri dari relatif permanen penilaian diri, [sunting] seperti atribut kepribadian, pengetahuan keterampilan dan kemampuan seseorang, pekerjaan seseorang dan hobi, dan kesadaran atribut fisik seseorang. Sebagai contoh, pernyataan, "Saya malas" adalah penilaian-diri yang memberikan kontribusi terhadap konsep-diri. Sebaliknya, pernyataan "Saya lelah" biasanya tidak dianggap sebagai bagian dari konsep diri seseorang-, karena lelah adalah negara sementara. Namun demikian, diri seseorang konsep dapat berubah seiring dengan waktu, mungkin akan mengalami masa-masa penuh gejolak krisis identitas dan penilaian ulang.

Konsep-diri tidak terbatas pada saat ini. Ini termasuk diri masa lalu dan masa depan diri. Masa Depan diri atau "mungkin diri" mewakili ide-ide individu 'dari apa yang mereka mungkin menjadi, apa yang mereka ingin menjadi, dan apa yang mereka takut menjadi. Mereka sesuai dengan harapan, rasa takut, standar, tujuan, dan ancaman. Kemungkinan diri dapat berfungsi sebagai insentif bagi perilaku masa depan dan mereka juga menyediakan konteks evaluatif dan penafsiran untuk tampilan yang aktif diri.

Konsep diri adalah semua ide, pikiran, kepercayaan dan pendirian yang diketahui individu tentang dirinya dan mempengaruhi individu dalam berhubungan dengan orang lain.

Konsep diri juga di artikan sebagai kesadaran batin yang tetap, mengenai pengalaman yang berhubungan dengan diri dan yang membedakan bukan dari diri
Menurut Brian Tracy, self-concept memiliki tiga bagian utama yaitu:

1. Self-Ideal (Diri Ideal),

Diri Ideal adalah komponen pertama terdiri dari :
• harapan,
• impian,
• visi,
• idaman
Self-ideal terbentuk dari kebaikan, nilai-nilai, dan sifat-sifat yang paling Anda kagumi dari diri Anda maupun dari orang lain yang Anda hormati. Self-ideal adalah sosok seperti apa yang paling Anda inginkan untuk bisa menjadi diri Anda, di segala bidang kehidupan Anda. Bentuk ideal ini akan menuntun Anda dalam membentuk perilaku Anda.

2. Self-Image (Citra Diri)

Bagian kedua self-concept Anda adalah self-image. Bagian ini menunjukkan bagaimana Anda membayangkan diri Anda sendiri, dan menentukan bagaimana Anda akan bertingkah laku dalam satu situasi tertentu. Karena kekuatan citra diri

3. Self-Esteem (Jati Diri)

Jati diri adalah seberapa besar Anda menyukai diri Anda sendiri. Semakin Anda menyukai diri Anda, semakin baik Anda akan bertindak dalam bidang apa pun yang Anda tekuni. Dan, semakin baik performansi Anda, Anda akan semakin menyukai diri Anda. Bagian ini adalah komponen emosional dalam kepribadian Anda. Komponen-komponen pentingnya
• bagaimana Anda berpikir,
• bagaimana Anda merasa,
• bagaimana Anda bertingkah laku.

Ketiga elemen tersebut merupakan satu kesatuan yang membentuk kepribadian Anda, menentukan apa yang biasa Anda pikir, rasakan, dan lakukan, serta akan menentukan segala sesuatu yang terjadi kepada diri Anda.

B. SELF KONTROL

Control diri adalah kemampuan untuk mengendalikan emosi seseorang, perilaku dan keinginan untuk efisien mengelola masa depannya. Dalam psikologi kadang-kadang disebut self-regulasi. Mengerahkan kontrol diri melalui fungsi eksekutif dalam pengambilan keputusan diperkirakan menghabiskan sumber daya dalam ego. Banyak hal yang mempengaruhi kemampuan seseorang untuk menggunakan kontrol diri,. Tapi pengendalian diri terutama memerlukan kadar glukosa yang cukup di otak. Mengerahkan pengendalian diri menghabiskannya glukosa. Penelitian telah menemukan bahwa kemampuan mengurangi glukosa berkurang, dan glukosa toleransi miskin (untuk mengangkut glukosa ke otak) yang terkait dengan kinerja yang lebih rendah dalam tes penguasaan diri, terutama dalam situasi-situasi baru yang sulit.

Hurlock (1973) menyebutkan tiga kriteria emosi yang masak sebagai berikut :

a. Dapat melakukan kontrol diri yang bisa diterima secara sosial.

b. Dapat memahami seberapa banyak kontrol yang dibutuhkan untuk memuaskan kebutuhannya dan sesuai dengan harapan masyarakat.

c. Dapat menilai situasi secara kritis sebelum meresponnya dan memutuskan cara
beraksi terhadap situasi tersebut.

Pengontrolan diri dapat dilakukan dalam beberapa hal:
1. Pengontrolan diri dengan moral
Sila Pertama: Tak membunuh makhluk hidup.
Sila Kedua: Tak mencuri.
Sila Ketiga: Tak berzina.
Sila Keempat: Tak menipu.
Sila Kelima: Tak minum minuman keras
2. Pengontrolan diri dengan perhatian
3. Pengontrolan diri dengan pengetahuan langsung
merenungkan hakekat dari empat kebutuhan-kebutuhan hidup (pakaian, makanan, tempat tinggal, obat-obatan) dan tujuan sesungguhnya dalam menggunakanya tidak terseret oleh keinginan serakah. Menggunakan atau menempatkan pandangan terang yang telah dicapai sewaktu berhubungan dengan orang-orang atau sewaktu menghadapi persoalan adalah arti dari bentuk pengendalian diri ini juga.
4. Pengontrolan diri dengan sabar
a. sabar fisik, Yang dimaksud sabar fisik adalah suatu sikap tenang dan wajar tidak mudah merengek-rengek atau berteriak-teriak dan marah-marah bila kita sedang lapar, haus, kepanasan, kedinginan dan kecapaian.

b. sabar mental. Hal ini, merupakan tahapan yang lebih tinggi dari sabar fisik. Jika seseorang telah memiliki sabar mental, ia tidak akan mudah tergoyah dan akan selalu waspada bila ada fitnahan, caci maki dan hinaan, tidak akan mudah marah dan kesal karena perbedaan paham. Tidak akan mudah tersinggung dan mendendam bila ditunjukkan kesalahannya.
5. Pengontrolan diri dengan energy
a. Berusaha menghindari kejahatan.
b. Berusaha mengatasi kejahatan

Referansi:

- http://social.jrank.org/pages/554/Self-Concept.html

- http://en.wikipedia.org/wiki/Self_control

- http://en.wikipedia.org/wiki/Self-concept

- http://wwwfiahbpiimut.blogspot.com/

Rabu, 14 April 2010

SELF HEALING AND SELF COUNSELING

SELF HEALING AND SELF COUNSELING
BAB I PENDAHULUAN
Daya penyembuhan diri berasal dari satu tempat, dari dalam, dan penyembuhan diri kita kekuatan yang paling penuh diungkapkan ketika kita menghapus penyebab penyakit dan beristirahat lengkap dengan banyak tidur. Sumber intelijen penyembuhan diri telah dinominasikan sebagai Sumber, Allah, Providence, Life Force, Vital Force, Sang Pencipta, dll Tidak peduli apa yang kita menyebutnya, kekuasaan selalu bersama kami, menunggu untuk melakukan pekerjaan untuk penyelesaian. Tujuannya adalah untuk belajar bagaimana lagu perhatian kita ke dalam dan mengikuti kebijaksanaan yang selalu mengirimkan kami pesan sehat.
Dalam rangka untuk menyembuhkan dan tetap sehat sangat penting untuk benar-benar memahami dan menerima prinsip fisiologis bahwa tubuh adalah penyembuh. Fisiologi (studi ilmiah tentang cara kerja tubuh) mengungkapkan sifat dan tujuan penyakit, alasan untuk gejala penyakit dan persyaratan pikiran-bodyçs untuk penyembuhan dan peremajaan. Kesehatan adalah hasil dari kebiasaan sehat, dan penyembuhan memerlukan komitmen, ketekunan dan kesabaran. Tubuh dapat memperbaiki diri, sedikit demi sedikit, setiap saat, namun penyembuhan tidak selalu proses cepat. Tidak ada jalan pintas untuk kesehatan benar, dan, saat aku akan membuktikan, penghargaan terbesar dalam hidup dapat diperoleh dengan melihat proses penyembuhan diri lengkap melalui. pendidikan yang akurat dan sistem pendukung yang tepat adalah kunci sukses penyembuhan.
konseling Diri perangkat lunak untuk ketenangan batin. Gunakan Inner Peace untuk ketenangan batin. Bayangkan hidup dengan kedamaian batin lebih. Seperti Lepaskan masalah yang mengganggu ketenangan batin.

BAB II PEMBAHASAN
Prosedur penyembuhan diri sendiri yang dijelaskan dalam tulisan ini adalah untuk mengurangi rasa stres, takut dan masalah mental emosional lainnya. Ini tidak ditujukan sebagai terapi penyakit tertentu, baik fisik maupun mental, atau sebagai pengganti terapi medis atau psikologis profesional.
Penyembuhan diri atau individual (self healing) merupakan menyembuhkan diri sendiri dari berbagai ketegangan awal, namun jika seseorang merasa tidak mampu lagi maka seharusnya dibawa keyang lebih mampu seperti konseling.
Jika kita mengalami ketegangan-ketegangan dan ketakutan-ketakutan yang tidak menyenangkan, kita tidak perlu khawatir. Akan tetapi kita harus mulai waspada, jika gelora emosi menjadi meluap-luap, sering timbul, dan berulang kali berlangsung kronis, sehingga dapat menyebabkan timbulnya ketidakseimbangan dan keguncangan-keguncangan hebat dalam kepribadian kita.
Ada beberapa petunjuk dalam menaggapi kesulitan:
1. Mengeluarkan dan membicarakan kesulitan
2. Menghidari kesulitan untuk sementara waktu
3. Menyalurkan kemarahan
4. Bersedia menjadi pengalah yang baik
5. Berbuat suatu kebaikan untuk orang lain dan memupuk sosialitas/kesosialan
6. Menyelesaikan suatu tugas dalam satu saat
7. Jangan menganggap diri terlalu super
8. Menerima segala kritik dengan lapang dada
9. Memberikan “kemengangan” kepada orang lain
10. Menjadikan diri sendiri serba-guna
11. Mengatur saat-saat rekreasi

Self healing dan self counseling, mempelajari hal-hal sebagai berikut:
1. Pengakuan Kunci Pemulihan
Adakalanya kita dapat menyelesaikan masalah-masalah kita sendiri. Namun, kita juga harus menyadari bahwa ada waktunya kita memerlukan dukungan, bantuan, dan pertolongan orang lain untuk melihat jalan keluar dari masalah-masalah kita. Terkadang kita kesulitan untuk mengenali masalah emosi yang kita rasakan. Kita sendiri tidak tahu bagaimana perasaan kita. Dengan berbicara pada seseorang, kita dapat mengenali apa yang kita rasakan. Lebih mudah bagi kita untuk menyelesaikan masalah kita setelah menemukan apa tepatnya yang kita rasakan. Mengakui perasaan negatif, kekecewaan, kegagalan dan kemarahan kita membuat kita lebih lega dan mampu menenangkan. Dalam keadaan tenang kita dapat berpikir jernih dan akhirnya memampukan kita menjalani masalah yang kita hadapi.
Hal lain yang kita sadari adalah perasaan bersalah bila kita melakukan kesalahan jika kita akui akan lebih mudah terbebaskan. kita tidak lagi dibebani rasa bersalah setelah menceritakan kesalahan kita.
2. Self Talk
Self talk yang bisa kita lakukan seperti menulis buku harian. kita biasa menuangkan perasaan saya dengan menulis. Setelah beberapa waktu, kita membaca kembali tulisan-tulisan kita dan mengingat kembali serta mencari jalan keluar dari apa yang kita tulis sebelumnya. Kita bisa menuliskan semua yang terjadi dalam gejolak emosi, sehingga saat kita membaca ulang kita dapat menemukan perasaan kita saat itu dan membandingkannya dengan perasaan kita saat ini. Dengan menulis, emosi kita tersalurkan dan merasa lebih lega. Kadang setelah menuliskan semuanya, kita dapat bersyukur atas semua yang kita alami dan lebih lepas dari emosi negatif. Kita dapat sekaligus memotivasi diri kita untuk mengucap syukur.
3. Mengenali Bahasa Tubuh Pribadi
Kita harus ingat untuk selalu menghargai tubuh kita. Kadang kita mengabaikan signal kelelahan yang kita rasakan, kita memaksa diri untuk menyelesaikan tugas-tugas. Ini membuat kita mengalami penyakit.
Jika kita merasa tertekan karena bosan atau kelelahan, sebaiknya kita pergi ketempat-tempat yang membuat kita rileks dan tidak tegang. Sehingga dengan meluangkan waktu untuk merilekskan diri, kita merasa bisa jauh lebih baik. Kita harus mempelajari apa yang kita inginkan saat mengalami kebosanan atau rasa tertekan. Jika tidur merupakan hal yang kita inginkan, maka kita tidur. Jika makan bakso menjadi sesuatu yang kita inginkan, kita makan bakso. Semua untuk mengembalikan kegembiraan dan memberi semangat diri. Kita harus mencari tahu, apa yang sangat ingin kita lakukan sehingga saat kita melakukannya, emosi kita tersalurkan dan merasa siap untuk melanjutkan kehidupan.
4. Memaknai Penderitaan Bersama Tuhan
Kita lebih mampu menyadari arti penderitaan kita. Karena kepercayaan kita kepada Allah bahwa kita telah dipersiapkan untuk menghadapi segala penderitaan yang menimpa kita.
Penderitaan perlu dimaknai agar kita dapat lebih kuat dan menguatkan orang lain. sehingga kita dapat melihat hal baik dari kesulitan kita dan dengan melihat hal baik dari kesulitan tersebut, kita merasa damai dan dapat melanjutkan hidup dengan sukacita. Masalah memang tidak akan berhenti, tetapi hati yang damai, membuat kita mampu melanjutkan kehidupan dengan sukacita.
5. Berani Menjalani Masalah
Jika kita telah mampu menerima adanya masalah, biasanya kita mencoba menangani dengan diri sendiri. Pada saat ini, kita mulai dapat mengerti tujuan Tuhan dalam masalah yang kita hadapi, biasanya kita sudah lebih rileks. Masalah yang kita hadapi tidaklah berakhir saat kita dapat memaknainya. Sejujurnya, kadangkala masalah justru seolah-olah semakin berat. Masalah itu membuat kita kuat, jadi kita mengerjakan apapun yang bisa kita kerjakan dan menyerahkan apa yang kita tidak mampu kerjakan ke pada Allah SWT.
6. Proses Lebih Penting Dari Hasil
Pada saat kita mengalami masalah, kita sangat ingin semua masalah itu berlalu sekejap mata. Kita sering mendengar orang-orang mendapatkan pekerjaan dengan mudah. Sehingga tidak repot lagi untuk mencari pekerjaan, karena telah ada yang menawarkan pekerjaan. Tetapi kita harus bersyukur apa yan diberikan oleh Allah, karena telah menentukan jalan hidup masing-masing orang. Meskipun prosesnya lama, namun proses penantian itu membuat kita lebih sabar.
7. Berhati Pemaaf
Memberi maaf membebaskan kita dari stress yang menyertai kebencian. Belajar memaafkan tidak hanya berlaku bagi orang lain tetapi juga berlaku dalam memaafkan diri sendiri. Kita harus belajar memaafkan diri kita jika saya gagal, dan tidak sempurna. insyaallah, kita lebih bersemangat setelah belajar memaafkan.

Referensi:
- Prof. Dr. Sofyan S. Willis. 2009. KONSELING INDIVIDUAL Teori dan Praktek, Bandung: Al Fabeta.
- Kartini Kartono, 2000. Hygiene Mental, Bandung: Mandar Maju.
- http:// Just another WordPress.com weblog
- http://www.rezagunawan.com
- http://apfiamariamargaretha.blogspot.com
- http://www.sharewareconnection.com

Minggu, 04 April 2010

PROYEKSI

PROYEKSI

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Gangguan jiwa (neurose) dan penyakit jiwa (psyshose) adalah penyakit jiwa akibat dari tidak mampunya seseorang menghadapi kesukaran-kesukarannya dengan wajar, atau tidak sanggup menyesuaikan diri denga situasi yang dihadapinya.(1) Apabila seseorang seseorang tidak mampu mengatasi kesukaran-kesukaran hidupnya dengan baik dan penuh perkiraan, maka hal tersebut akan mendorong kepada bermacam-macam penyesuaian diri yang terjadi akibat tekanan-tekanan.

Tekanan akan ditangani dengan berbagai pembelaan, meskipun dengan “usaha pembelaan” yang menyimpang (pengkaburan). Semua usaha-usaha pembelaan yang berdasarkan dengan penyimpangan kenyataan yang sebenarnya, demi untuk mencapai tujuan-tujuan, sebagai berikut: (2)

1. Agar individu dapat menjauhi rasa cemas dan rasa dosa yang mesyertainya.

2. Agar individu memelihara dirinya, demi harga dirinya.

Cara yang terbaik untuk menghilangkan ketegangan batin ialah dengan jalan menghilangkan sebab-sebabnya. Tetapi tidak semua orang sanggup mengatasi dengan cara tersebut, dan mencari jalan lain yang kurang sehat yaitu berupa usaha-usaha yang tidak disadari.

BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Proyeksi

Tiap orang mempunyai sikap tercela atau sifat yang tidak diinginkan, atau seseorang tidak mau mengakui kelakuannya. Dan ia harus menahan diri jangan sampai ia mengakui kekurangan-kekurangan itu. Hal ini tidak akan terlaksana kecuali dengan pembelaan, cara yan terkenal adalah proyeksi.

Beberapa pengertian mengenai proyeksi:

1. Proyeksi adalah seseuatu yang terasa dalam dirinya kepada orang lain terutama tekanan, pikiran atau dorongan-dorongan yang tidak masuk akal sehingga dapat diterima dan kelihatannya masuk akal. (3)

2. Proyeksi adalah sifat-sifat yang tidak masuk akal kepada orang lain setelah ia diperbesar dan diujudkan. Dengan demikian tindakan tampak rasional dan masuk akal. (4)

3. Proyeksi adalah usaha melemparkan pikiran atau harapan yang negatif, atau juga kelemahan atau sikap diri sendiri yang keliru kepada orang lain.(5)

4. Menurut teori Freud, dalam mekanisme pertahanan ego, proyeksi adalah mengalamatkan sifat-sifat tertentu yang tidak bisa diterima oleh ego kepada orang lain.(6)

Orang yang tidak menerima kelemahannya, tetapi mempersalahkan orang lain. atau seperti yang dikatakan Freud: “Melihat perasaan-perasaan atau kecenderungan-kecenderungan dari orang lain yang sesungguhnya terdapat dalam ketaksadaran dari orang itu sendiri”.(7) Kadang-kadang perasaan berdosa seseorang dapat dihilangkan dengan melekatkan dosa itu kepada orang lain. kadang-kadang perasaan berdosa seseorang itu menjadi ringan jika ia sadar bahwa orang lain juga berdosa. Cara bela diri seperti ini banyak terdapat pada orang-orang yang suka menuduh orang lain berbuat sesuatu yang tida diterima oleh masyarakat. Kadang-kadang ada bukti-bukti yang menunjukkan bahwa apa yang dituduhkan kepada orang lain sebenarnya merupakan sifat-sifat orang yang menuduh itu sendiri.

Seseorang melihat diri orang lain hal-hal yang tidak disukai dan ia tidak bisa menerima adanya hal-hal itu pada dirinya sendiri. Jadi, dengan proyeksi, seseorang akan mengutuk orang lain karena “kejahatannya” dan menyangkal memiliki dorongan jahat seperti itu. Untuk menghindari kesakitan karena mengakui bahwa di dalam dirinya terdapat dorongan yang dinggapnya jahat, ia memisahkan diri dari kenyataan ini.

B. Cara Melakukan Proyeksi

Proyeksi dilakukan dengan tiga cara: (8)

1. Menyalahkan sebab yang terjadi kebetulan, tidak relevan, dan khayalan,

2. Melihat kekurangan-kekurangan kepribadian yang dimiliki orang-orang lain,

3. Menyalahkan orang-orang lain atas kegagalan diri sendiri.

Cara pertama melakukan proyeksi biasanya tidak merugikan. Contohnya, jika anak-anak tersandung kursi, dan kemudian menyalahkan kursi tersebut, atau ada roh-roh yang mengganggu. Cara yagn kedua mungkin juga tidak merugikan, tetapi melebihi dari cara pertama karena mungkin merupakan langkah menuju kekalutan tingkah laku. Apabila orang melakukan proyeksi dengan cara ini dia berusaha menghidari diri dari perasaan bersalahnya dengan menyakinkan dirinya bahwa teman-temannya suka bertingkah laku yang disukai atau diinginkannya sendiri. Jika dia suka melawan maka dia juga melihat sifat suka melawan itu pada orang lain.

Cara yang ketiga adalah menyalahkan orang-orang lain atas kegagalan diri sendiri, dan hal itu juga biasa dilakukan oleh orang lain. apabila dasarnya ada dalam kenyataan dan tidak menggunakannya secara berlebihan, maka proyeksi ini dapat membantu seseorang memelihara kepercayaan dan harga dirinya. Namun proyeksi dapat menyesatkan jika tidak ada dasar dalam kenyataan karena hanya percaya bahwa orang lain bersalah (sampai-sampai mengira bahwa mereka itu berkomplot). Misalnya, seseorang mahasiswa mengeluh bahwa orang-orang tertentu diantara profesornya mempersulitkannya. Ternyata mahasiswa tersebut berambisi menjadi ahli konseling yang hebat. Dia yakin bahwa para anggota staf dari jurusan konseling merasa iri akan prestasinya dan berusaha mencegah untuk melakukan penelitian yang menarik minatnya sebab mereka takut bahwa dia akan mengungguli mereka. Disini mahasiswa tadi memproyeksikan ketidakberhasilannya hampir sampai pada psikosis, adanya kepercayaan yang harus dipertahankan tanpa menghiraukan pengorbanan yang harus diberikan.

Proyeksi dianggap salah satu proses dasar yang memainkan peranan penting dalam kegoncangan-kegoncangan akal.(9) Kadang-kadang percakapan-percakapan tak masuk akal, terutama percakapan-percakapan agresiff adalah dasar pada proses ini, terutama dalam kasus halusinasi.

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Dari pembahasan diatas dapat disimpulkan bahwa proyeksi itu adalah suatu tindakan melemparkan pikiran atau harapan yang negatif kepada orang lain, atau dorongan yang tidak masuk akal sehingga dibuat masuk akal atau kelihatan masuk akal. Proyeksi dilakukan dengan tiga cara, yaitu:

- Menyalahkan sebab yang terjadi kebetulan, tidak relevan, dan khayalan,

- Melihat kekurangan-kekurangan kepribadian yang dimiliki orang-orang lain,

- Menyalahkan orang-orang lain atas kegagalan diri sendiri.

B. Saran

Dari hasil makalah yang penulis buat ini, maka masih banyak kekurangannya, baik dari sisi isinya maupun dari sumber-sumber yang diambil, oleh karena itu untuk kelanjutannya penulis mengharapkan pembaca dapat meningkatkan dan mengembangkan lagi mengenai hal ini.

Referensi:

1. Zakiah Daradjat, Kesehatan Mental, (Jakarta: CV Haji Masagung, 1989), hal. 24

2. Mustafa Fahmi, ,KESEHATAN JIWA Dalam Keluarga, Sekolah, dan Masyarakat, (Jakarta: Bulan Bintang, 1977), hal. 44-45

3. Zakiah Daradjat, Op.cit., hal. 29.

4. Mustafa Fahmi, Op.cit., hal. 48.

5. Yustinus Selimun, Kesehatan Mental, (Yogyakarta: Penerbit Kanisius, 2006), hal. 462.

6. Gerald Corey, Konseling dan Psikoterapi, (Bandung: PT Rafika Aditama, 2009), hal. 18.

7. Yustinus Selimun, Loc.cit., hal. 462.

8. Ibid.,

9. Hasan Langgulung, Teori-teori Kesehatan Mental, (Jakarta: Pustaka Al-Husna, 1986), hal 87.