Rabu, 23 Juni 2010

terapi realitas dalam pemecahan kasus


PRAKTEK TERAPI REALITAS DALAM KASUS

Disini saya akan mengutip kasus yang menggunakan terapi realitas dalam bukunya Gerald Corey yang berjudul teori dan praktek konseling dan psikoterapi.

Klien, Stan, datang untuk menjalani wawancara konseling dan memberikan kepada konselor fakta-fakta mengenai dirinya. Stan berkat, “Saya sarjana muda psikologi, berusia 25 tahun, dan belakangan ini saya memutuskan untuk mengambil master dibidang psikologi konseling. Saya telah mengambil mata kuliah ‘Psikologi Penyesuaian Pribadi’ semester yang lalu yang berorietasi pada kelompok dengan arah pemahaman diri dan pertumbuhan diri. Kami diminta menulis otobiografi, dan karenanya saya menjadi sadar bahwa ada area-area tertentu dalam kehidupan saya yang ingin saya ubah atau setidaknya bisa dipahami dengan baik. De kelas kami diberu tahu tentang palayanan yang disediakan di pusat konseling, dan saya memutuskan, jika saya ingin bekerja sebagai konseor nanti, saya perlu melihat lebih dekat diri saya sendiri. Saya ingin menjalani pertemuan-pertemuan konseling individual dan bergabung dengan kelompok konseling, sebab saya butuh pengalaman berhubungan dengan orang lain dan ingin memperoleh umpan balik dari mereka. Harapan saya adalah bahwa saya bisa mengikuti konseling sekurang-kurangnya untuk satu semester, dan barangkali satu tahun.

Berikut ini adalah otografik stan:

Dimana saya sekarang dalam kehidupan saya? Pada usia 25 tahun, saya merasa telah menyia-nyiakan sebagian besar hidup saya. Saat ini seharusnya saya telah selesai kuliah dan mendapatkan pekerjaan yang baik, tetapi saya hanya seorang sarjana muda. Saya menyadari bahwa saya tidak bisa berbuat banyak dengan ijazah sarjana muda psikologi. Maka saya berharap dapat meraih gelar master dalam konseling dan kemudian bekerja sebagai konselor bagi anak-anak yang mengalami kesulitan. Saya merasa ditolong oleh seseorang yang memperhatikan saya, dan saya ingin memiliki pengaruh yang sama terhadap orang-orang muda. Sekarang saya hidup sendiri, hanya memiliki sedikit teman, sangat penakut dan rendah diri dihadapan orang-orang seusia dan yang lebih tua. Saya merasa senang apabila bersama anak-anak, sebab mereka begitu jujur. Saya sangat kuatir apakah saya cukup cerdas untuk bisa menyelesaikan seluruh kuliah yang dibutuhkan untuk menjadi konselor? Salah satu masalah saya adalah bahwa saya peminum berat dan sering mabuk. Itu terjadi apabila saya merasa sepi dan takut. Dulu daya banyak menggunakan obat-obatan, dan sekali-kali masih saya gunakan. Saya merasa takut pada orang-orang pada umumny, tetapi terutama terhadap wanita yang kuat dan atraktif. Saya menjadi dingin, berkeringat, dan merasa terjepit apabila berada bersama wanita. Mungkin kareana saya berfikir bahwa mereka menghakimi saya, dan saya tahu, mereka akan menemukan bahwa saya bukan laki-laki sejati. Saya takut tidak bisa memenuhi syarat yang diharapkan oleh mereka dari seorang lelaki; kamu harus selalu kuat, tegar, dan sempurna. Saya bukan laki-laki seperti itu sehingga saya sering bertanya-tanya, apakah saya ini memang laki-laki?.

Saya sering merasakan kecemasan yang kuat, terutama pada malam hari.kadang-kadang saya begitu ngeri ketika saya merasa lari tetapi tidak bisa bergerak. Menakutkan karena seakan-akan saya akan mati pada saat itu. Kemudian saya berangan-angan untuk bunuh diri dan bertanya-tanya siapa yang akan memperdulikan saya. Kadang-kadang saya membayangkan keluarga saya datang ke kuburan saya dan meminta maaf kareana tidak memperlakukan saya dengan baik. Sering saya merasa bersalah karena saya tidak mengungkapkan bakat saya sendiri, karena saya telah gagal, karena saya telah menyia-nyiakan bagian besar waktu dan kareana saya banyak mengecewakan orang. Saya benar-benar mengecewakan diri sendiri dan berkubang dalam perasaan bersalah, dan saya merasa sangat terteka. Pada saat itu, saya menyatakan kepada diri sendiri, betapa buruknya saya, betapa saya tidak pernah mampu berubah, dan betapa lebih baik mati. Kemudian saya tidak akan menderita lagi, dan saya tidak akan menginginkan apa-apa lagi. Sangat sulit bagi saya untuk bisa dekat dengan orang lain dan saya tidak bisa mengatakan bahwa saya pernah mencintai seseorang, dan saya yakin benar bahwa saya tidak pernah merasa sungguh-sungguh dicintai dan diinginkan.

Tidak semua denikian suram karena saya mempuyai cukup keberanian untuk meninggalkan masa lalu saya dan berjuang untuk bisa memasuki perguruan tinggi. Dan saya mnyukai kebulatan tekad saya, saya ingin berubah dan saya memrlukan konseling karena saya tahu bahwa saya butuh seseorang yang bisa membantu. Saya mencari terapis wanita karena saya lebih merasa takut kepada wanita daripada pria. Saya memang penakut, tetapi saya juga merasakan perasaan-perasaan sendiri dan bersedia mengambil reasiko meskipun saya takut. Itulah sebabnya mengapa saya memilih terapis wanita.

Seperti apa masa lalu saya? Dari mana saya? Peristiwa-peristiwa penting dan titik-titik balik apa yang terjadi dalam hidup saya? Titik balik terutama adalah percakapan dengan pengawas saya dikemah musim panas ketika saya bekerja beberapa tahun yang lalu. Dia mendorong saya agar masuk perguruan tinggi dan dia melihat dalam diri saya potensi untuk menjadi konselor yang baik bagi anak-anak muda. Sulit bagi saya untuk benar-benar mempercayainya, tetapi keyakinannya mengilhami saya untuk percaya. Perkawinan san perceraian saya adalah titik balik lain. “Hubunga” itu tidak berlangsung lama, lalu istri meningalkan saya. Itu pukulan keras bagi kelaki-lakian saya. Ia seorang wanita yang keras dan dominan, yang mendapat kesenangan ketika mengatakan tak berharganaya saya dan betapa dia tidak tahan berdekatan dengan saya. Kami hanay beberapa kali mengadakan hubungan seks, dan kebanyakan saya impoten. Itu adalah pukulan lagi bagi ego saya. Saya begitu takut untuk akrab dengan waniuta karena takut dia akan menelan saya. Orang tua saya tidak pernah bercerai, tetapi saya menginginkannya. Mereka selalu bertengkar. Dapat saya katakan, ibu saya yang lebih banyak menyerang. Dia seorang yang dominan dan terus menerus merendahkan ayah, yang selalu saya lihat sebagai orang lemah, pasif dan takut kepada ibu saya. Dia tidak pernah berani melawan ibu. Keluarga saya selalu membandingkan saya secara tidak menyenangkan dengan kakak perempuan dan kakak laki-laki saya, mereka anak-anak yang “sempurna”, siswa-siswa yang berhasil dan mendapat pujian. Adik laki-laki saya dengan saya dan dialah yang dimanjakan berlebihan oleh mereka. Saya sungguh-sungguh tidak tahu apa yang terjadi pada diri saya dan bagaimana saya menjadi anak yang gagal dari keempat anak itu.

Di sekolah menengah saya menggunakan obat-obatan dan terlibat dengan kumpulan anak-anak yang keliru, dan saya dimasukkan ke dalam lembaga rehabilitasi remaja karena mencuri. Kemudian saya dikeluarkan dari sekolah regular karena berkelahi, dan akhirnya saya masuk ke sekolah menengah lanjutan pada pagi hari dan sore harinya saya menjalani latihan ditempat kerja. Saya mengambil latihan dibidang mesin dan cukup berhasil. Kemudian, saya bekerja sebagai montir selama tiga tahun.

Kembali kepada orang tua say. Saya ingat, ayah saya berkata, “Kamu benar-benar tolot. Mengapa kamu tidak bisa seperti saudara-saudaramu? Kamu tidak akan mendapat apa-apa. Mengapa kamu tidak pernah bisa berbuat apa saja yang benar?” sedangkan ibu saya memperlakukan saya seperti dia memperlakukan ayah saya. Dia berkata, “Mengapa kamu melakukan begitu banyak hal untuk meyakitkanku? Mengapa kamu tidak bisa tumbuh dan menjadi orang? Kamu ini kesalahan, alangkah baiknya jika aku tidak punya kamu! Di sini segalanya jauh lebih baik ketika kamu tidak ada!”saya ingat menagis sendirian bermalam-malam hingga tertidur merasa begitu kesepian dan diluapi oleh kemarahan dan kebencian. Saya merasa begitu muak kepada diri sendiri. Tidak ada pembicaraan tentang agama di rumah saya, juga tidak ada pembicaraan tentang seks. Sebenarnya saya selalu sulit untuk membayangkan bahwa orang tua saya pernah mengadakan hubungan seks.

Dimana saya ingin berada lima tahun dari sekarang? Ingin menjadi orang macam apa saya, dan perubaha-perubaha seperti apa yang paling saya inginkan dalam hidup saya? Lebih-lebih, saya ingin mulai marasa lebih baik tentang diri saya sendiri. Saya benar-benar merasa rendah diri, dan tahu bagaimana mengecewakan diri sendiri. Saya ingin lebih menyukai diri sendiri ketimbang sekarang. Saya berharap saya belajar mencintai setidaknya segelintir orang, paling baik mencintai wanita. Saya ingin menghapus perasaan takut bahwa wanita dapat merusak saya. Saya ingin merasa setaraf dengan orang lain dan tidak selalu merasa menyesal atas kehadiran saya. Saya tidak ingin menderita karena kecemasan dan perasaan bersalah ini. Saya juga berharap bisa mulai berfikri tentang diri sendiri sebagaiorang yang oke. Saya benar-benar ingin menjadi seorang konselor yang baik bagi anak-anak dan untuk melakukannya saya tahu saya harus berubah. Saya tidak tahu pasti bagaimana saya akan berubah, bahkan apa perubahan-perubahan yang saya inginkan itu. Saya memang tahu bahwa saya ingin membebaskan diri dari kecenderungan-kecenderungan merusak diri dan belajar lebih mempercayai orang lain. Barangkali apabila saya lebih mudah menukai diri sendiri, maka saya akan dapat mempercayai orang lain sehingga mereka akan mnemukan dalam diri saya sesuatu yagn pantas disukai.

Penanggulangannya melalui terapi realitas:

Dalam terapi realitas tidak akan membicarakan panjang lebar mengenai pengalaman-pengalaman kegagalan Stan di masa lampau, tetapi akan memusatkan perhatiannya kepada apa yang bisa dilakukan Stan sekarang untuk mencapai suatu “identitas keberhasilan”. Stan telah menunjukkan bahwa dia memikirkan keberhasilan bagi dirinya sendiri., juga telah menunjukkan beberapa perubahan-perubahan tingkah laku yagn diinginkan oleh Stan, bukan perasaan-perasaan dan sikap-sikap atas diri sendiri. Asumsi yang dipegang adalah bahwa jika Stan mulai bisa meningkat rasa harga dirinya dan menaydari kekuatan-kekuatan sendiri, niscaya perasaaan-perasaannya yang negatif tentang dirinya sendiri akan berubah.

Bagaimana terapis realitas menjalani terapinya terhadap Stan? Beberapa strategi dan cara yang mungkin digunakan dalam pertama-tama suatu kontak yang spesifik yang akan menentukan batas waktu terapi dan tujuan-tujuan terapi. Tujuan-tujuan terapi akan dibuat spesifik dan kongkret akan membantu Stan dalam menentukan realistis-tidaknya tujuan-tujuan yang ingim dicapai, yakni dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan seperti, “Apakah kebutuahan-kebutuhanmu sekarang terpenuhi?” dan “ Apakah kamuipuas dengan tingkah lakumu sekarang?” karena Stan mungkin akan bereaksi negatif terhadap pertanyaan- pertanyaan tersebut, terapis akan menantang Stan untuk membuat penilaian terhadap kehidupannya sekarang dengan bertanya, “ Apakah kamu ingin berubah?” “ Apa yang bisau lakukan sekarang untuk mencapai perubahan?” “ Apakah kamu brsedia membuat suatu komitmen untuk mengubah tingkah laku-tinglah laku tertentu yang merusak diri? Contohnya meminum alkohol menghambat kegiatan belajar dan pergaulanmu, dan itu memberikan andil kepada rendahnya rasa harga diri.” Terapi bisa meminta Stan untuk menilai kebiasaan minum alkoholnya, yakni apakah kebiasaannya itu merupakan pengorbanan yang pantas untuk memperoleh kesenangan-kesenangan sesaat. Jika Stan setuju bahwa kebiasaan minum itu tidak kondusif bagi usaha-usaha memperoleh apa yang diinginkan dari segi kepuasan jangka panjang, maka Stan bisa membuat rencana-rencana untuk menghapus kebiasaannya minum alkohol. Tidak akan ada penggalian ke dalam masa lampau guna mengekporasi alasan-alasan minum al-kohol, dan Stan pun tidak akan dibiarkan untuk meminta dimaklumi ataupun untuk menyalahkan orang lain. Terlepas dari bagaimana atau mengapa Stan mulai melakukan hal-hal yang, memberi andil kepada pembentukan “identitas kegagalan”, butir yang penting adalah bahwa dia akan mampu melakukan sesuatu untuk mengubah tingkah lakunya sehingga dia bisa menikmati keberhasilan.

Beberapa saran khusus yagn bisa diberikan oleh trapis untuk membantu Stan agar mengubah tingkah lakunya mencakup: “lain kali jika kamu kesepian dan ingin minum, buatlah keputusan untuk memanggil seorang teman dan ceritakan kepadanya tentang kesepianmu. Putuskanlah untuk berbuat sesuatu dengan perasaan-perasaanmu, jangan menyingkirkannya dengan alkohol,” “Kamu mengatakan bahwa kamu tidak m,erasa nyaman apabila berada bersama orang lain. Meskipun mungkin akan merasa tidak enak, tempatkanlah dirimu dalam situasi-situasi seperti itu, dan bawalah catatan itu pada pertemua terapi berikutnya,” “Pusatkan perhatianmu pada apa yang kamu lakukan ketika kamu merasa rendah diri atau pada sitausi-situasi yang mempertegas perasaan rendah diri alih-alih mencoba menggali mengapa kamu mersa rendah diri”.

Terapi realitas bisa memberi penekanan kepada titik-titik Stan yang kuat. Beberapa tahun yang lalu Stan melihat dirinya sebagai “orang yang kalah”, dan kini dia telah mengalami kemajuan yang berarti kearah penggunaan bakat-nakatnya. Dia menjalani kuliah dengan baik, terlibat dalam pekerjaan sukarela, dan bisa bergaul dengan anak kecil. Terapi dapat membantu Stan merumuskan rencana-rencana guna meneruskan keberhasilan-keberhsilannya. Pendek kata, Stan menerima penghargaan atas apa yagn telah dicapainya dan di dorong untuk menghadapi fakta bahwa dia bertanggung jawab atas macam kehidupan yang tengah dirintisnya. Dia akan melihat bahwa dirinya bisa berbuat lebih banyak daripada yang diperayainya sebelumnya.

Selasa, 15 Juni 2010

RESUME KESEHATAN MENTAL I & II


RESUME KESEHATAN MENTAL



RESUME KESEHATAN MENTAL I

A. PENGERTIAN KESEHATAN MENTAL

Kesehatan mental atau hygiene mental berasal dari kata mental dan Hygeia. Hygiea adalah nama dewi kesehatan Yunani. Mental adalah jiwa / psiko / hati / suasana hati. Mental terbagi dua, yaitu mental yang sehat dan yang tidak sehat. Mental yang sehat apabila jiwa tidak tertekan, memiliki kepribadian yang tetap, bisa menggunakan potensi, jika hal ini tidak dimiliki maka mentalnya tidak sehat.

Kesehatan mental adalah ilmu yang menyeimbangkan jiwa manusia dan membebaskan manusia /insan dari gangguan jiwa dan kesulitan hidup. Kesehatan mental juga dapat dikatakan sebagai ilmu yang mempelajari mengenai kesehatan mental / jiwa manusia, agar manusia terbebas dari gangguan jiwa / suasana hati. Jadi objek kajian kesehatan mental adalah jiwa manusia.

Hati dalam bahasa Arab yaitu Qalbu yaitu berbolak balik. Dengan berbolak-baliknya kalbu, maka akan mengganggu suasana hati atau kesehatan hidupnya terganggu. Kalbu yang berbolak balik ini menyebabkan gangguan mood. Apabila terjadi gangguan mood, maka akan mengakibatkan pribadi yang tidak seimbang yang menimbulkan terganggunya Suasana hati atau kesehatan hidupnya terganggu.

Penyakit mental diakibatkan pribadi yang tidak seimbang dan juga jasmani yang tidak sehat, misalnya iri, dengki, dan lain-lain. Mental yang sehat tergantung juga dengan jasmani yang sehat, sehingga dapat bertindak secara efisiaen dan memiliki tujuan hidup. Jasmani yang sehat apabila mentalnya sehat pula, ditandai dengan punya cukup stamina, energy, dan laun-lain.

Mental yang seimbang apabila diri tanpa gangguan batin / hati yaitu: Memiliki tujuan hidup, dapat mencapai tujuan hidup, sehingga memiliki pribadi yang harmonis. Mental yang tidak seimbang apabila diri dengan gangguan batin /hati / suasana hati yaitu: Tidak memiliki tujuan hidup, tidak dapat mencapai tujuan hidup, sehingga tercipta pribadi yang tidak harmonis.


B. FUNGSI MEMPELAJARI KESEHATAN MENTAL

Fungsi mempelajari kesehatan mental adalah:

1. Pencegahan

Pencegahan akan ketidakpuasan atau tidak terpenuhi segala kebutuhan. Pencegahan dilakukan agar terpenuhinya rasa cinta atau rasa sayang yang menimbulkan jiwa seseorang aman.

2. Perbaikan

Kesehatan mental berfungsi agar individu dapat menyesuaikan diri terhadap lingkungannya, akhirnya ia dapat diterima oleh lingkungannya maka akan timbul rasa aman pada diri individu tersebut.

3. Pengembangan

Kesehatan mental berfungsi untuk mengembangkan individu agar terhindar dari kecemasan, yang mana apabila kecemasan yang berlebihan itu akan menyebabkan gangguan jiwa. Sehingga apabila individu itu terhindar dari kecemasan-kecemasan, maka akan menimbulkan rasa aman.


C. TUJUAN KESEHATAN MENTAL

Tujuan mempelajari kesehatan mental adalah :

1. Menyehatkan jiwa

Tujuan mempelajari kesehatan mental yaitu menyehatkan kesehatan jiwa karena kita tahu dengan apa yang menyebabkan ganguan jiwa sehingga tercipta mental yang normal.

2. Mencegah hal-hal yang menyebabkan gangguan jiwa

3. Membina jiwa agar tidak terkena gangguan mental / jiwa, sehingga tercipta rasa aman, diterima dalam lingkungannya, dan lain-lain.


D. NORMAL DAN ABNORMAL

Normal merupakan pribadi orang yang aman.Normal adalah seimbang, serasi, terpenuhi. Yaitu seimbang jasmani dan rohaninya, serasi dengan lingkungan (kemampuan beradabtasi dengan lingkungannya), dan terpenuhinya kebutuhan. Abnormal yaitu kebalikan dari normal. Yaitu tidak seimbangnya jasmani dan rohaninya, tidak serasi dengan lingkungannya, dan terpenuhinya kebutuhan.


E. PRIBADI YANG NORMAL DAN ABNORMAL

Normal adalah kezaliman, bisa diterima oleh orang banyak.

Pribadi yang normal yaitu sikap yang sesuai dengan hukum / norma / aturan yang berlaku, dapat diterima oleh kebanyakan. Dengan diterimanya oleh kebanyakan orang maka akan timbul rasa puas yang di wujudkan dengan bersyukur.Pribadi yang abnormal yaitu segala yang keluar dari sikap dan pribadi yang normal.

Normal dalam kesehatan mental: Normal adalah bisa menghadapi kenyataan atau realitas. Abnormal adalah lari atau tidak bisa menghadapi realitas, orang yang tidak sesuai dengan keadaan normal atau seimbang.


F. KONSEPSI YANG SALAH MENGENAI HYGIENE MENTAL

Konsepsi adalah pandangan, data, hal-hal yang mengenai pendapat, bentuk. Diantara konsepsi yang salah mengenai hygiene mental adalah:

1. Penyakit mental adalah herediter, merupakan penyakit warisan atau keturunan

2. Penyakit mental tidak bisa disembuhkan

3. Penyakit mental timbul secara tiba-tiba

4. Penyakit mental adalah satu noda hitam

5. Penyakit mental adalah satu peristiwa tunggal. Penyakit mental bukan peristiwa yang tunggal, ia diakibatkan oleh: tekanan fruktasi stress depresi gila atau psikopat.

6. Seks merupakan sebab dari timbulnya penyakit mental


G. SEBAB-SEBAB KONSEPSI YANG SALAH MENGENAI HYGIENE MENTAL

Sebab-sebab kensepsi salah adalah: sejarahnya sejak zaman nenek moyang yang memeluk kepercayaan animisme (percaya pada roh-roh), mereka menganggap bahwa penyakit mental itu disebabkan oleh roh-roh jahat, jin, dan setan. Penyakit mental juga dikatakan sebagai noda hitam yaitu akibat dari dosa, karma, kesalahan-kesalahan, dan lain-lain. Lalu memasuki zaman naturalisme, zaman ini memperbaiki pendangan-pandangan yang salah tersebut.


H. SEJARAH GERAKAN HYGIENE MENTAL

Sejarah adalah kronologis masalah dan ia dapat dipelajari. Kronologis (urutan masa lalu) mempelajari tentang waktu (peristiwa-peristiwa), manusia (tokohnya), gagasan (pola pikir), dan bangsa (asal Negara).

Konsep sejarah:

1. Cara, yaitu cara menangani.

2. Nama, yaitu siapa orang yang mencetusnya.

3. Tujuan

4. Pendirian, bagaimana pendirian dari masa kemasanya.

5. Perkembangan, Dorothea Dix mengubah cara pikir atau memprogram

kembali.

6. Perawatan, pemahaman.

Sejarah hygiene mental sangat penting, karena program-program dan sejarah bisa dijadikan pelajaran. Sejarah hygiene mental adalah sebagai berikut.

* Animisme yaitu percaya pada roh-roh, zaman ini menganggap bahwa penyakit mental dikarenakan oleh kutukan roh-roh jahat, dan lain-lain.pengobatan satu-satunya adalah dibunuh, hal ini sangat tidak manusiawi.

* Naturalisme yaitu zaman yang mulai berkembang dengan memanfaatkan pandangan pada zaman animisme, yaitu dengan mengubah dari yang tidak manusiawi ke menusia dimanusiakan. Zaman naturalisme ini menganggap bahwa penyakit mental itu disebabkan oleh alam, cara mengobati penyakit mental dengan human (kemanusiaan).

* Zaman Ilmiah, zaman ini pemikiran manusia mulai maju, dibuktikan dengan cara dirawat terhadap orang yang terkena penyakit mental. Dix selama 12 tahun mengubah pandangan mengenai Hygiene mental melalui penyuluhan, seminar, dan lain-lain.

Yang memberikan nama Hygiene mental adalah Adolf Meyer berdasarkan Chiford Witinghon Beers dan didukung oleh James.

Sejarah hygiene mental dalam islam: Al-Ghazali mengungkapkan bahwa orang yang sehat mental adalah orang yang baik dalam pandangan Tuhan. Jadi agar kita senantiasa menjadi manusia yang bermental sehat, maka cara mengobatinya adalah dengan cara bertaubat, lalu berzikir, karena zikir itu akan membuat hati menjadi tenang. Al-Ghazali menggungkapkan bahwa orang yang sakit mentalnya adalah orang bermasalah dengan Tuhannya.


I. KARAKTERISTIK MENTAL YANG SEHAT

Karakteristik adalah ciri-ciri, bentuk, keadaan. Karakteristik ini berguna untuk memahami dan mengetahui bagaimana ciri dari mental yang sehat. Karakteristik mental yang sehat adalah:

1. Terhindar dari penyakit jiwa, hidup jauh dari alam bawah sadar.

2. Dapat menyesuaikan diri, mampu memenuhi kebutuhan.

3. Dapat memanfaatkan potensi

4. Dapat tercapai kebahagiaan pribadi dan orang lain.

Perbedaan Neurosa dan Psikosa:

Neurosa adalah ganguan jiwa, belum keluar dari dunianya, dan program diri masih ada. Contohnya: stres, depresi. Sedangkan psikosa adalah penyakit jiwa, yang mana ia sudah keluar dari dunianya atau mempunyai alam sendiri. Cara mengobati psikosa yaitu perlu di rawat, contohnya gila.

Didalam jiwa manusia terdapat alam sadar dan alam bawah sadar. Alam sadar adalah alam yang bersifat logika, ilmiah, analistis. Sedangkan alam bawah sadar adalah salam yang bersifat pengalaman, kekecewaan, moral, ketakutan, keyakinan. Apabila orang yang jauh dari alam sadar dan alam bawah sadar atau keluar dari alam tersebut maka akan mengakibatkan penyakit jiwa, seperti gila. Orang yang bermental sehat yaitu orang yang seimbang antara alam sadar dan alam bawah sadarnya, seperti jika ada perngalaman buruk maka akan dijadikan pelajaran, sedangkan orang yang mentalnya tidak sehat, maka pengalaman itu dijadikan sebagai balas dendam.


J. PENYESUAIAN DIRI

Penyesuaian diri adalah suatu pengertian yang pada dasarnya diambil dari biolog yang dibuat oleh teori Carlis Darwin, bahwa makhluk hidup berusaha untuk menyesuaikan dirinya dengan alam tempet dia hidup agar tetap hidup. Penyesuaian diri dalam kesehantan mental meliputi tiga hal, yaitu:

1. Gejala masalah yaitu mengkaji neurosis, psikosis, dan lain-lain.

2. Respon masalah yaitu mengkaji normal, Abnormal

3. Jenis atau bentuk masalah yaitu mengkaji personal, sosial, keluarga.

Peyesuaian mental adalah suatu respon yang diberikan dalam memenuhi kebutuhan dan mengatasi suatu masalah ketegangan frustasi secara sukses, sehingga timbul keharmonisan antara dirinya dan lingkungan keluarga.

Kematangan jiwa adalah proses yang saling sambung menyambung, tidak berhenti dan saling membantu untuk meningkatkan penyesuaian diri terhadap tuntunan hidup dengan situasinya. Orang yang matang jiwanya mempunyai sifat, yaitu:

1. Pandai menggunakan waktu luangnya

2. Memjadi pemimpin bagi dirinya

3. Bekerja untuk kepentingan kelompok

4. Mengetahui kemampuan dirinya

5. Menerima orang lain

6. Optimis dalam hidup

7. Memahami dirinya

Penyasuaian diri yang sehat yaitu telah mampu menghadapi kesukaran dengan cara objektig serta berpengaruh untuk hidup dan selalu menikmati kehidupan yang stabi, tenang, merasa senang, tertarik untuk berkerja dan berprestasi. Penampilan jiwa yang sehat dapat diambil:

1. Ketengan jiwa

2. Kemampuan bekerja

3. Gejala jasmani

4. Konsepsi tentang diri

5. Menerima diri dan menerima orang lauin

6. Membuat tujuan

7. Kemampuan mengendalikan diri dan memikul tanggung jawab

8. Mampu membuat hubungananyang didasarkan atas saling mempercayai

9. Kesanggupa berkorban dan memberikan pelayanan terhadap orang lain

10. Perasaan bahagia


K. BENTUK PENYESUAIAN DIRI

Penyesuaian normal adalah kemampuan penyesuaian diri secara sehat, yaitu kemampuan seseorang dalam merespon kebutuhan dan hakikat manusia. Bisa dikatakan penyesuaian normal apabila:

* Jika tidak ada konflik, tekanan, ketegangan

* Bisa merespon kebutuhan atau masalah secara positif dan baik

* Direspon dengan cara yang baik dan sehat

Penyesuian abnormal adalah kemampuan penesuan dirinya secara tidak sehat, sehingga tidak bisa merespon kebutuhan dan hakikat manusia. Hal ini disebabkan oleh:

* Mempunyai konflik, ketegangan, tekanan, ketegangan

* Tidak bisa merespon kebutuhan atau masalah secara positif dan baik

* Direspon dengan cara yang tidak baik dan tidak sehat.

Penyesuaian diri abnormal seperti:

1. Bertahan

a. konpensasi, yaitu bentuk penyesuaian dengan cara bertahan dan mengalihkan. Contohnya jika ada kekecewaan maka dialihkan pada bentuk lain.konpensasi ini ada yang baik dan ada yang tidak baik. Baik jika tidak menganggu dan menyinggung orang lain.

b. Sublimasi yaitu mencari pendangan, yang mana apabila gagal dalam suatu hal, maka mengalihkan pada hal-hal yang lain, seperti menghalalkan segala cara.

c. Proyeksi, yaitu apabila salah tapi tak mengakuinya, melainkan meleparkan atau mengarahkan pada orang lain.

2. Agresi, yaitu dengan cara menyerang, maksuknya apabila mempunyai masalah tetapi tidak bisa menyelesaikannya, maka akan dilampiaskan dengan marah pada orang lain.

3. Melarikan diri, maksud melarikan diri disini adalah lari dari kenyataan, tidak sanggup menghadapi dirinya sendiri, apabila ada masalah maka ia berfantasi, seperti tidur berlebihan.


L. PRINSIP KESEHATAN MENTAL

Prinsip dalam kamus bahasa Indonesia berarti dasar, asas, (kebenaran yang menjadi dasar pokok berfikir, bertindak dan sebagainya). Prinsip hygiene mental adalah dasar-dasar yang menjadi pegangan dalam pelaksanaan untuk mencegah timbulnya ganguan mental atau jiwa dan emosi agar terbentuk manusia yang memiliki mental yang sehat.

Prinsip-prinsip kesehatan mental adalah sebagai berikut:

1. Terpenuhi kebutuhan-kebutuhan pokok (inti)

Yaitu terpenuhi kebutuhan pokok, baik kebutuhan organis yaitu jasmani (makan, minum, dorongan seksual) dan rohani (kasih sayang, ketuhanan, rasa aman), maupun kebutuhan sosial. Apabila kebutuhan ini tak terpenuhi maka akan mengakibatkan sakit mental. Ketegangan cenderung turun jika kebutuhan-kebutuhan terpenuhi, dan cenderung naik atau makin banyak jika kebutuhankebutuhan tak terpenuhi, seperti mengalami fruktasi atau hambatan-hambatan.

2. Kepuasan

Semua orang menginginkan kepuasan, baik bersifat jasmani maupun rohani. Manusia ingin puas dalam segala bidang, lalu timbul Sence of Importancy dan Sence of Mastery (kesadarannilai dirinya dan kesadaran penguasaannya) yang akan memberi rasa aman, senang, puas dan bahagia.

3. Posisi dan status sosial

Setiap individu selalu mencari posisi dan status sosial dalam lingkungannya. Apabila individu itu telah mendapatkan posisi dan status sosial dalam lingkungannya maka akan menimbulkan rasa simpati, aman, optimis, bergairah, menumbuhkan keberanian dan harapan untuk menghadapi masa yang akan datang.


RESUME KESEHATAN MENTAL II

A. MENTAL HEALTH AS ABOVE NORMAL

Mental yang sehat sering dibarengi dengan kenormalan, karena seseoang dikatakan mentalnya sehat apabila jiwanya normal. Mental yang sehat saling berhubungan dengan pribadi yang normal, pribadi yang normal saling adekuat (serasi, tepat) dan bisa diterima oleh masyarakat pada umumnya, sikap hidup sesuai dengan norma dan pola hidup kelompok masyarakat, sehingga ada relasi interpersonal dan intersosial yang memuaskan

Meskipun mental yang sehat sering dihubungkan dengan pribadi yang normal, dan mental yang tidak sehat dihubungkan dengan pribadi yang tidak sehat, namun pada hakikatnya konsep mengenal mengenai normalitas dan abnormalitas itu sangat samar-samar batasnya. Sebab pola kebiasaan dan sikap hidup yang dirasakan normal oleh suatu kelompok tertentu, bisa dianggap abnormal oleh kelompok lain. Akan tetapi, kita dapat mengatakan sesuatu itu abnomal jika tingkah laku itu mencolok dan sangat berbeda dengan tingkah laku umum.

Pada umumnya setiap orang itu senantiasa memiliki mental yang sehat, namun karena suatu sebab ada sebagian orang yang memiliki mental yang tidak sehat. Orang yang tidak sehat mentalnya memiliki tekanan-tekanan batin. Dengan kepribadian seperti itu, kepribadian seseorang menjadi kacau dengan mengganggu ketenangannya. Gejala inilah yang menjadi pusat pengganggu ketenangan hidup. Orang yang bermental sehat akan merasakan suasana batin yang aman, tentram dan sejahtera, yang kesemuanya bertujuan untuk mencari ketenagan hidup.

Untuk mengetahui secara jelasnya, sebaiknya kita lihat dulu apakah itu mental hygiene dan normal. Mental hygiene adalah mental yang seimbang, nah mental dikatakan seimbang apabila diri tanpa gangguan batin atau jiwa sehingga memiliki tujuan hidup dan dapat mencapai tujuan hidup itu, apabila dua hal ini terwujud maka dinamakan terwujud pulalah pribadi yang harmonis. Normal adalah seimbang, serasi, terpenuhi, yaitu seimbang jasmani dan rohaninya, serasi dengan lingkungannya, dan terpenuhi kebutuhannya.

Orang yang bermental sehat adalah orang yang dapat menguasai segala faktor dalam hidupnya sehingga ia dapat mengatasi kekalutan mental sebagai akibat dari tekanan-tekanan perasaan dan hal-hal yang menimbulkan frustrasi.

Nah, diatas terlihat keselarasan antara mental hygiene dan normal. Seseorang yang memiliki mental, harus memiliki pribadi yang normal. Namun menurut saya, pribadi yang normal itu belum sepenuhnya bisa dikatakan mental yang sehat, karena normal itu bersifat relatif, namun mental yang sehat harus memiliki pribadi yang normal. Jadi cakupan mental hygiene itu lebih luas dan tinggi daripada pribadi yang normal.


B. MODEL KESEHATAN MENTAL

1. Psikoanalisa

Model psikoanalisis ini disetus oleh Sigmud Freud. Menurut teori ini ada tiga hal yang menyebabkan manusia terkena gannguan jiwa, yaitu:

a. Perkembangan diri

Masalah dapat terjadi pada perkembangan seseorang pada saat kanak-kanak atau suatu kejadian pada masa lalu. Orang yang tidak sehat jiwanya adalah oleh libido seksnya yang diakibatkan oleh masa lalu yang berdampak pada masa sekarang. Misalnya anak-anak yang sering kena marah, sehingga jika telah besar dia tidak bisa berbicara, berpendapat, karena mentalnya telah terblog bahwa setiap berpendapat itu salah.

b. Pernah disodomi

Anak-anak yang pernah disodomi akan timbul dendam pada dirinya, yang mengakibatkan ia balik melakukannya.

c. Kecemasan yang mengakibatkan timbul konflik dalam batinnya.

Struktur kepribadian menurut Sigmung Freud ada tiga, yaitu: id, ego, dan superego. Dalam psikoanalisa terdapat tiga teknik terapi untuk menyelesaikan masalah, yaitu: asosiasi bebas, analisa mimpi, dan transferensi.

2. Interpersonal Model

Menurut Interpersonal Model, seseorang terkena gangguan jiwa dikarenakan adanya ancaman yang menimbulkan kesemasan dan hal ini dikarenakan adanya konflik berhubungan dengan orang lain. misalnya; ketakutan ditolak atau tidak diterina oleh orang disekitarnya.

3. Sosial Model

Menurut Sosial Model, yang menyebabkan seseorang itu sakit mentalnya adalah oleh faktor sosial. Misalnya oleh faktor lingkungan sosial: bising, bersin, istri yang terlalu cerewet, suami yang galak, dan lain-lain. cara mengobatinya salah satunya adalah dengan kembali kelingkungan dan meningkatkan antibody.

4. Eksistensial Model

Menurut Eksistensial Model, seseorang terkena gangguan jiwa/perilaku, jika seseorang tidak menemukan jati dirinya, tidak mengetahui tujuan hidupnya dan tidak memiliki penghargaan terhadap dirinya, sehingga dia membeci tokoh dirinya.


C. DEVIASI

Deviasi secara bahasa adalah penyimpangan/ tingkah laku yang menyimpang dari tingkah laku masyarakat kebanyakan. Misalnya orang yang melawan dari norma yang legal. Deviasi yaitu melawan dari norma yang legal, hal ini merupakan suatu tindak kejahatan, nah jika seseorang melakukan kejahatan maka tentu mentalnya tidak normal.

Diferensiasi adalah ciri-ciri fisik yang berbeda dari orang kebanyakan. Misalnya dia kulit hitam diantara semua kulit putih, sehingga dia menjadi minder karena dia berbeda dari orang lain, hal ini mengakibatkan dia menjadi marginal/tersisihkah (penyakit mental). Orang yang berhasil keluar dai masalah ini ada dua kemungkinan, yaitu menjadi jahat atau menjadi hebat.

Jenis-jenis deviasi:

1. Deviasi Individual

Deviasi individual adalah gejala personal atau peribadi yang disebabkan oleh ciri-ciri khas yang unik dari individu itu sendiri dan sifatnya adalah heriditer (sejak lahir, keturunan, atau disebut dengan gen). Misalnya; anak umur 6 tahun telah sarjana, dia tidak mau bergaul dengan teman-teman sebayanya.

2. Deviasi Situasional

Deviasi situasional adalah deviasi dikarenakan sosial diluar individunya. Misalnya: sebenatnya dia orang baik, lalu diletakkaan di tempat tanpa ada apapun. Namun karena lama-lama timlul lapar dan sebagainya, sedangkan kemampuan tidak ada, lalu dia mencuri. Jadi deviasi ini mula-mulanya dia bai, namun karena situasi dia menjadi jahat.

3. Deviasi Konseptual/Sistematik

Deviasi Konseptual/Sistematik yaitu dimana semua direncanakan dan semuanya menjadi menyimpang dari apa yang direncanakan. Deviasi ini desebut juga deviasi terorganisasi yaitu perbuatan yang menyimpang dari norma umum atau tidak lagi sama dengan semula atau berbeda dari norma umum. Misalnya sekelompok orang dalam situasi tertentu mencopet karena dia berkelompok, maka kemungkinan untuk tertangkap kecil.


D. MENTAL DISORDER

Gangguan atau kekalutan mental adalah dalam istilahnya suatu bentuk ketidakmampuan menyesuaikan diri yang sifatnya serius terhadap tuntutan terhadap profesi, sehingga menyebabkan gangguan tertentu. Mental disorder penyebabnya adalah;

1. Biologis/jasmani. Contohnya, anak IQnya rendah, yang disebabkan oleh pembawaan (biologis), namun dia berusaha belajar untuk mencapai/untuk jenius. Menurut biologis, jika ia bodoh maka selamanya dia bodoh. Hal ini mengakibatkan kebuntuan/buntu.

2. Pemaksaan batin. Hal ini ditemukan dalam mekanisme pertahanan ego, yaitu tidak mau mengakui kesalahan. Misalnya psikopat, disebabkan oleh orang tua. Anak kecil dimarahi orang tuanya, menanggapi hal itu pertama-tama dia hanya diam saja, namun karena terlalu sering dia melawan, hal itu dilakukan untuk mendapatkan kepuasan.

3. Lingkungan. Contohnya, anak-anak yang tinggal di pesantren, dia dipaksakan untuk menerima hal-hal yang baik-baik saja, lalu dia tertekan (disebabkan otoriter), dia tidak menerima hal itu. Namun ketika dia keluar dari pesantren, dia melakukan apa-apa yang tidak ia lakukan di pesantren.


E. PSIKOSA FUNGSIONAL

Psikosa Fungsional diakibatkan oleh terganggunya berfikir (akal), perasaan (moral) dan perbuatan (tabiat/tradisi), hal ini disebut disorganisasi. Ciri-ciri psikosa fungsional adalah sedih, merasa bersalah, tertawa berlebihan dan lain-lain.

Psikosa fungsional sering terjadi pada orang yang autis, yang mana perasaan kehilangan dengan dunia luar, punya dunia sendiri yang disebut dunia fantasi. Orang kena psikosa fungsional biasanya autis, karena mengganggu perasaan.

Psikosa fungsional disebut juga disorientasi. Psikosa fungsional disebut waham, yaitu sesuatu yang tidak nyata, lalu dikatakan nyata.

Pembagian Psikosa Fungsional:

1. Schizofrenia, yaitu pemikiran yang retak, ia hidup dan normal, tetapi tidak bertanggung jawab. Penyebabnya adalah keturunan, misalnya diakibatkan salah makan obat, seperti narkoba.

2. Paranoid, disebut abnormal, yaitu suatu situasi yang ekstrem dalam diri yang menimbulkan delusi, delusi penyiksaan, kebesaran.


F. MODEL PENYESUAIAN DIRI TIDAK NORMAL

Model penyesuaian diri tidak normal diantaranya adalah;

1. Konflik batin, misalnya konflik antara dua pilihan.

2. Kecemasan, misalnya rasa berdosa, terkejut, trauma, dan lain-lain. rasa takut ditimbulkan dari ancaman. Pembelaan dalam kecemasan adalah;

a. Proyeksi: yaitu melimahkan kesalahan diri keorang dlain.

b. Identifikasi: yaitu meniru, menjadi seseorang yang ditiru.

c. Disasosiasi: yaitu hilang hubungan, menghilangkan/memutuskan hubungan agar tidak cemas lagi.

d. Refleksi: yaitu luapan perasaan untuk menghilangkan keinginan.

e. Substitusi: yaitu pembelaan yang paling baik dalam melakukan kesulitan. Ada dua bentuk substitusi, yaitu;

- S. Sublimasi yaitu mengungkapkan cara yang tidak diterima oleh masyarakat menjadi diterima, seperti melukis, puisi, dan lain-lain.

- S. Kompensasi yaitu melakukan seseuatu untuk mencapai sukses dengan sesuatu yang logis. Misalnya tidak pandai berolahraga, lalu mencoba yang tebaik dalam belajar.

3. Frustasi, yaitu suatu keadaan, dimana satu kebutuhan tidak bisa terpenuhi, dan tujuan tidak bisa dicapai sehingga orang kecewa dan mengalami satu barriere/ halangan dalam usahanya mencapai tujuan.


G. SELF CONCEPT AND SELF CONTROL

1. Konsep Diri (Self Concept)

Konsep diri adalah semua ide, pikiran, kepercayaan dan pendirian yang diketahui individu tentang dirinya dan mempengaruhi individu dalam berhubungan dengan orang lain. menurut Brian Tracy, self concept memiliki tiga bagian utam, yaitu:

a. Self ideal (diri ideal)

Diri ideal adalah komponen pertama terdiri dari:

- Harapan

- Impian

- Visi

- Idaman

Self ideal terbentuk dari kebaikan, nilai-nilai dan sifat-sifat yang paling dikagumi dari diri sendiri maupun dari orang lain yang dihormati. Self ideal adalah sosok seperti apa yang diinginkan untuk bisa menjadi diri sendiri, disegala bidang kehidupan. Bentuk ideal ini akan menuntun dalam membentuk perilaku.

b. Self Image (citra diri)

Bagian citra diri ini menunjukkan bagaimana membayangkan diri sendiri dan menentukan bagaimana akan bertingkah laku dalam satu situasi tertentu.

c. Self Esteem (jati diri)

Jati diri adalah seberapa besar dalam menyukai diri sendiri. Semakin kita menyukai diri kita sendiri, semakin baik kita akan bertindak dalam bidang apapun yang kita tekuni. Dalam bagian jati diri ini adalah komponen emosional dalam kepribadian. Komponen pentingnya adalah:

- Bagaimana berfikir

- Bagaimana merasa

- Bagaimana bertingkah laku

2. Kontrol Diri (Self Control)

Konsep diri adalah kemampuan untuk mengendalikan emosi dalam satu perilaku dan keinginan, dan merupakan kemampuan manajemen yang efisien untuk masa depan. Kontrol diri merupakan salah satu potensi yang dapat dikembangkan dan digunakan individu selama proses-proses dalam kehidupan, termasuk dalam menghadapi kondisi yang terdapat di lingkungan tempat tinggalnya.

Para ahli berpendapat bahwa selain dapat mereduksi efek-efek psikoloogis yang dari stressor-stressor lingkungan, kontrol diri juga dapat digunakan sebagai suatu intervensi yang bersifat pencegahan. Hurluck menyebutkan tiga kriterian emosi, yaitu:

a. Dapat melakukan kontrol diri yang bisa diterima secara sosial

b. Dapat memahami seberapa banyak kontrol yang dibutuhkan untuk memuaskan kebutuhannya dan sesuai dengan harapan masyarakat.

c. Dapat menilai situasi secara kritis sebelum meresponnya dan memutuskan cara beraksi terhadap situasi tersebut.

Jenis-jenis pengonrtolan diri:

a. Pengontrolan diri dengan moral

b. Pengontrolan diri dengan perhatian

c. Pengontrolan diri dengan pengetahuan langsung

d. Pengontrolan diri dengan sabar

e. Pengontrolan diri dengan energi

Terdapat tiga jenis kemampuan mengontrolkan diri, yaitu:

a. Behavioral control, merupakan kesiapan atau tersedianya suatu respon yang dapat secara langsung mempengaruhi atau memodifikasi suatu keadaan yang tidak menyenangkan.

b. Cognitive control, merupakan kemampuan individu dalam mengolah informasi yang tidak diinginkan dengan cara menginterprestasi, menilai, menghubungkan suatu kejadian dalam suatu kerangka kognitif sebagai adaptasi psikologis atau untuk mengurangi tekanan.

c. Decisional control, merupakan kemampuan seseorang untuk memilih hasil atau suatu tindakan berdasarkan pada sesuatu yang diyakini atau disetujuinya.


H. FENOMENA BUNUH DIRI

Bunuh diri merupakan mekanisme pertahanan ego, yang terbagi kepada dua yaitu secara tersembunyi dan khalayak ramai. Orang mempunyai dua sifat, yaitu terbuka dan tertutup.

Orang yang tertutup, fenomena bunuh diri biasanya dilakukan pada khalayak ramai, dengan tujuan agar diperhatikan. Orang yang terbuka, fenomena bunuh diri biasanya dilakukan dengan tersembunyi yang diakibatkan kekecewaan. Misalnya dia orang terkemuka, dia bunuh diri dengan cara tersembunyi karena untuk menjaga nama baik.

Yang menyebabkan orang bunuh diri adalah kebuntuan, lalu ingin mencari solusi, solusi baginya yang paling baik adalah MATI, mati adalah jalan termudah untuk mendapatkan solusi.

Mengapa bunuh diri dikatakan fenomena bunuh diri? Karena adanya gaya atau style.


I. HISTERIA

Histeria yaitu dimana seseorang yang tidak lagi mampu menahan rasa gembira atau bahagia yang berlebihan atau rasa sedih yang berlebihan. Histeria mempunyai dua jenis, yaitu:

1. Histeria terbuka

2. Histeria tertutup

Penyebab histeria adalah ketidakmampuan seseorang menjaga atau mengendalikan emosi.


J. PSIKOPAT

Psikopat yaitu normal tapi gila, dengan cara membalikkan fakta, sebenarnya dia melakukan tapi membuat seakan-akan tak melakukan. Yang menyebabkan orang menjadi psikopat adalah:

3. Kelainan otak

Menyebabkan dirinya tidak bisa berfikir baik dan buruk. Orang psikopat melakukan dengan sadar dan menikmatinya.

4. Lingkungan sosial

Pertama lingkungan orang tua, yang mana orang tuanya juga psikopat, atau bisa dari lingkungan lainnya. Perilaku psikopat bisa dilihat saat kecil, seperti tidak berempati.

Psikopat anti empati anti sosial

5. Kepribadian

Misalnya kecewa dengan agama, negara. Psikopat dari kepribadian dilihat dengan melakukan kriminalitas.

Orang cenderung pintar dan mempesona, contohny dokter, pemerintah. Psikopat sering terjadi pada orang-orang yang berpolitik, misalnya saat kampanye turun kebawah, tetapi setelah berhasil tak mau lagi turun ke bawah.

Psikopat ini terjadi disebabkan kurangnya kasih sayang. Psikopat bukan mencari keuntungan tapi kesenangan dan kepuasan.


K. PROYEKSI

Proyeksi adalah melimpahkan kesalahan diri keorang lain. proyeksi ini termasuk kedalam mekanisme pertahanan ego, karena orang yang kena proyeksi tidak mau mengakui kesalahan ataupun kekurangan yang ada pada dirinya.

Kadang rasa berdosa seseorang dapat dihilangkan dengan melekatkan dosa itu kepada kepada orang lain dan juga merasa perasaan berdosa itu ringan jika ia sadar bahwa orang lain juga berdosa. Bela diri seperti ini sering ditemukan pada orang yang suka menipu.

Proyeksi dilakukan dengan tiga cara, yaitu:

1. Menyalahkan sebab yang terjadi kebetulan, tidak relevan, dan khayalan.

2. Melihat kekurangan-kekurangan kepribadian yang dimiliki orang-orang lain.

3. Menyalahkan orang-orang lain atas kesalahan diri sendiri.


L. POST-POWER SYNDROME

Post-Power Syndrome yaitu situasi dimana seseorang tidak mampu menghadapi kehilangan, contohnya pekerjaan, sosial, kehormatan, dan lain-lain. Post-Power Syndrome biasanya terjadi pada kalangan terhormat, misalnya presiden, pejabat, dan lain-lain, karena selama ini dihormati, vasilitas lengap dan lain-lain.

Sifat Post-Power Syndrome adalah:

1. Cenderung menyakiti diri sendiri

2. Agresif

3. Sering memaksa diri bahwa dia sanggup

4. Cenderung sering mengejek dan mencemeeh

5. Menghina pekerjaan yang lama.

Post-Power Syndrome sebenarnya tidak mengenal usia. Penyebab Post-Power Syndrome ini adalah mereka tidak menerima keadaan diri sekarang. Terapi yang dapay dilakukan yaitu:

1. Menerima semua kejadian dengan lapang dada.

2. Memberi penyadaran kepada mereka terhadap keadaan sekarang.