Rabu, 23 Juni 2010

terapi realitas dalam pemecahan kasus


PRAKTEK TERAPI REALITAS DALAM KASUS

Disini saya akan mengutip kasus yang menggunakan terapi realitas dalam bukunya Gerald Corey yang berjudul teori dan praktek konseling dan psikoterapi.

Klien, Stan, datang untuk menjalani wawancara konseling dan memberikan kepada konselor fakta-fakta mengenai dirinya. Stan berkat, “Saya sarjana muda psikologi, berusia 25 tahun, dan belakangan ini saya memutuskan untuk mengambil master dibidang psikologi konseling. Saya telah mengambil mata kuliah ‘Psikologi Penyesuaian Pribadi’ semester yang lalu yang berorietasi pada kelompok dengan arah pemahaman diri dan pertumbuhan diri. Kami diminta menulis otobiografi, dan karenanya saya menjadi sadar bahwa ada area-area tertentu dalam kehidupan saya yang ingin saya ubah atau setidaknya bisa dipahami dengan baik. De kelas kami diberu tahu tentang palayanan yang disediakan di pusat konseling, dan saya memutuskan, jika saya ingin bekerja sebagai konseor nanti, saya perlu melihat lebih dekat diri saya sendiri. Saya ingin menjalani pertemuan-pertemuan konseling individual dan bergabung dengan kelompok konseling, sebab saya butuh pengalaman berhubungan dengan orang lain dan ingin memperoleh umpan balik dari mereka. Harapan saya adalah bahwa saya bisa mengikuti konseling sekurang-kurangnya untuk satu semester, dan barangkali satu tahun.

Berikut ini adalah otografik stan:

Dimana saya sekarang dalam kehidupan saya? Pada usia 25 tahun, saya merasa telah menyia-nyiakan sebagian besar hidup saya. Saat ini seharusnya saya telah selesai kuliah dan mendapatkan pekerjaan yang baik, tetapi saya hanya seorang sarjana muda. Saya menyadari bahwa saya tidak bisa berbuat banyak dengan ijazah sarjana muda psikologi. Maka saya berharap dapat meraih gelar master dalam konseling dan kemudian bekerja sebagai konselor bagi anak-anak yang mengalami kesulitan. Saya merasa ditolong oleh seseorang yang memperhatikan saya, dan saya ingin memiliki pengaruh yang sama terhadap orang-orang muda. Sekarang saya hidup sendiri, hanya memiliki sedikit teman, sangat penakut dan rendah diri dihadapan orang-orang seusia dan yang lebih tua. Saya merasa senang apabila bersama anak-anak, sebab mereka begitu jujur. Saya sangat kuatir apakah saya cukup cerdas untuk bisa menyelesaikan seluruh kuliah yang dibutuhkan untuk menjadi konselor? Salah satu masalah saya adalah bahwa saya peminum berat dan sering mabuk. Itu terjadi apabila saya merasa sepi dan takut. Dulu daya banyak menggunakan obat-obatan, dan sekali-kali masih saya gunakan. Saya merasa takut pada orang-orang pada umumny, tetapi terutama terhadap wanita yang kuat dan atraktif. Saya menjadi dingin, berkeringat, dan merasa terjepit apabila berada bersama wanita. Mungkin kareana saya berfikir bahwa mereka menghakimi saya, dan saya tahu, mereka akan menemukan bahwa saya bukan laki-laki sejati. Saya takut tidak bisa memenuhi syarat yang diharapkan oleh mereka dari seorang lelaki; kamu harus selalu kuat, tegar, dan sempurna. Saya bukan laki-laki seperti itu sehingga saya sering bertanya-tanya, apakah saya ini memang laki-laki?.

Saya sering merasakan kecemasan yang kuat, terutama pada malam hari.kadang-kadang saya begitu ngeri ketika saya merasa lari tetapi tidak bisa bergerak. Menakutkan karena seakan-akan saya akan mati pada saat itu. Kemudian saya berangan-angan untuk bunuh diri dan bertanya-tanya siapa yang akan memperdulikan saya. Kadang-kadang saya membayangkan keluarga saya datang ke kuburan saya dan meminta maaf kareana tidak memperlakukan saya dengan baik. Sering saya merasa bersalah karena saya tidak mengungkapkan bakat saya sendiri, karena saya telah gagal, karena saya telah menyia-nyiakan bagian besar waktu dan kareana saya banyak mengecewakan orang. Saya benar-benar mengecewakan diri sendiri dan berkubang dalam perasaan bersalah, dan saya merasa sangat terteka. Pada saat itu, saya menyatakan kepada diri sendiri, betapa buruknya saya, betapa saya tidak pernah mampu berubah, dan betapa lebih baik mati. Kemudian saya tidak akan menderita lagi, dan saya tidak akan menginginkan apa-apa lagi. Sangat sulit bagi saya untuk bisa dekat dengan orang lain dan saya tidak bisa mengatakan bahwa saya pernah mencintai seseorang, dan saya yakin benar bahwa saya tidak pernah merasa sungguh-sungguh dicintai dan diinginkan.

Tidak semua denikian suram karena saya mempuyai cukup keberanian untuk meninggalkan masa lalu saya dan berjuang untuk bisa memasuki perguruan tinggi. Dan saya mnyukai kebulatan tekad saya, saya ingin berubah dan saya memrlukan konseling karena saya tahu bahwa saya butuh seseorang yang bisa membantu. Saya mencari terapis wanita karena saya lebih merasa takut kepada wanita daripada pria. Saya memang penakut, tetapi saya juga merasakan perasaan-perasaan sendiri dan bersedia mengambil reasiko meskipun saya takut. Itulah sebabnya mengapa saya memilih terapis wanita.

Seperti apa masa lalu saya? Dari mana saya? Peristiwa-peristiwa penting dan titik-titik balik apa yang terjadi dalam hidup saya? Titik balik terutama adalah percakapan dengan pengawas saya dikemah musim panas ketika saya bekerja beberapa tahun yang lalu. Dia mendorong saya agar masuk perguruan tinggi dan dia melihat dalam diri saya potensi untuk menjadi konselor yang baik bagi anak-anak muda. Sulit bagi saya untuk benar-benar mempercayainya, tetapi keyakinannya mengilhami saya untuk percaya. Perkawinan san perceraian saya adalah titik balik lain. “Hubunga” itu tidak berlangsung lama, lalu istri meningalkan saya. Itu pukulan keras bagi kelaki-lakian saya. Ia seorang wanita yang keras dan dominan, yang mendapat kesenangan ketika mengatakan tak berharganaya saya dan betapa dia tidak tahan berdekatan dengan saya. Kami hanay beberapa kali mengadakan hubungan seks, dan kebanyakan saya impoten. Itu adalah pukulan lagi bagi ego saya. Saya begitu takut untuk akrab dengan waniuta karena takut dia akan menelan saya. Orang tua saya tidak pernah bercerai, tetapi saya menginginkannya. Mereka selalu bertengkar. Dapat saya katakan, ibu saya yang lebih banyak menyerang. Dia seorang yang dominan dan terus menerus merendahkan ayah, yang selalu saya lihat sebagai orang lemah, pasif dan takut kepada ibu saya. Dia tidak pernah berani melawan ibu. Keluarga saya selalu membandingkan saya secara tidak menyenangkan dengan kakak perempuan dan kakak laki-laki saya, mereka anak-anak yang “sempurna”, siswa-siswa yang berhasil dan mendapat pujian. Adik laki-laki saya dengan saya dan dialah yang dimanjakan berlebihan oleh mereka. Saya sungguh-sungguh tidak tahu apa yang terjadi pada diri saya dan bagaimana saya menjadi anak yang gagal dari keempat anak itu.

Di sekolah menengah saya menggunakan obat-obatan dan terlibat dengan kumpulan anak-anak yang keliru, dan saya dimasukkan ke dalam lembaga rehabilitasi remaja karena mencuri. Kemudian saya dikeluarkan dari sekolah regular karena berkelahi, dan akhirnya saya masuk ke sekolah menengah lanjutan pada pagi hari dan sore harinya saya menjalani latihan ditempat kerja. Saya mengambil latihan dibidang mesin dan cukup berhasil. Kemudian, saya bekerja sebagai montir selama tiga tahun.

Kembali kepada orang tua say. Saya ingat, ayah saya berkata, “Kamu benar-benar tolot. Mengapa kamu tidak bisa seperti saudara-saudaramu? Kamu tidak akan mendapat apa-apa. Mengapa kamu tidak pernah bisa berbuat apa saja yang benar?” sedangkan ibu saya memperlakukan saya seperti dia memperlakukan ayah saya. Dia berkata, “Mengapa kamu melakukan begitu banyak hal untuk meyakitkanku? Mengapa kamu tidak bisa tumbuh dan menjadi orang? Kamu ini kesalahan, alangkah baiknya jika aku tidak punya kamu! Di sini segalanya jauh lebih baik ketika kamu tidak ada!”saya ingat menagis sendirian bermalam-malam hingga tertidur merasa begitu kesepian dan diluapi oleh kemarahan dan kebencian. Saya merasa begitu muak kepada diri sendiri. Tidak ada pembicaraan tentang agama di rumah saya, juga tidak ada pembicaraan tentang seks. Sebenarnya saya selalu sulit untuk membayangkan bahwa orang tua saya pernah mengadakan hubungan seks.

Dimana saya ingin berada lima tahun dari sekarang? Ingin menjadi orang macam apa saya, dan perubaha-perubaha seperti apa yang paling saya inginkan dalam hidup saya? Lebih-lebih, saya ingin mulai marasa lebih baik tentang diri saya sendiri. Saya benar-benar merasa rendah diri, dan tahu bagaimana mengecewakan diri sendiri. Saya ingin lebih menyukai diri sendiri ketimbang sekarang. Saya berharap saya belajar mencintai setidaknya segelintir orang, paling baik mencintai wanita. Saya ingin menghapus perasaan takut bahwa wanita dapat merusak saya. Saya ingin merasa setaraf dengan orang lain dan tidak selalu merasa menyesal atas kehadiran saya. Saya tidak ingin menderita karena kecemasan dan perasaan bersalah ini. Saya juga berharap bisa mulai berfikri tentang diri sendiri sebagaiorang yang oke. Saya benar-benar ingin menjadi seorang konselor yang baik bagi anak-anak dan untuk melakukannya saya tahu saya harus berubah. Saya tidak tahu pasti bagaimana saya akan berubah, bahkan apa perubahan-perubahan yang saya inginkan itu. Saya memang tahu bahwa saya ingin membebaskan diri dari kecenderungan-kecenderungan merusak diri dan belajar lebih mempercayai orang lain. Barangkali apabila saya lebih mudah menukai diri sendiri, maka saya akan dapat mempercayai orang lain sehingga mereka akan mnemukan dalam diri saya sesuatu yagn pantas disukai.

Penanggulangannya melalui terapi realitas:

Dalam terapi realitas tidak akan membicarakan panjang lebar mengenai pengalaman-pengalaman kegagalan Stan di masa lampau, tetapi akan memusatkan perhatiannya kepada apa yang bisa dilakukan Stan sekarang untuk mencapai suatu “identitas keberhasilan”. Stan telah menunjukkan bahwa dia memikirkan keberhasilan bagi dirinya sendiri., juga telah menunjukkan beberapa perubahan-perubahan tingkah laku yagn diinginkan oleh Stan, bukan perasaan-perasaan dan sikap-sikap atas diri sendiri. Asumsi yang dipegang adalah bahwa jika Stan mulai bisa meningkat rasa harga dirinya dan menaydari kekuatan-kekuatan sendiri, niscaya perasaaan-perasaannya yang negatif tentang dirinya sendiri akan berubah.

Bagaimana terapis realitas menjalani terapinya terhadap Stan? Beberapa strategi dan cara yang mungkin digunakan dalam pertama-tama suatu kontak yang spesifik yang akan menentukan batas waktu terapi dan tujuan-tujuan terapi. Tujuan-tujuan terapi akan dibuat spesifik dan kongkret akan membantu Stan dalam menentukan realistis-tidaknya tujuan-tujuan yang ingim dicapai, yakni dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan seperti, “Apakah kebutuahan-kebutuhanmu sekarang terpenuhi?” dan “ Apakah kamuipuas dengan tingkah lakumu sekarang?” karena Stan mungkin akan bereaksi negatif terhadap pertanyaan- pertanyaan tersebut, terapis akan menantang Stan untuk membuat penilaian terhadap kehidupannya sekarang dengan bertanya, “ Apakah kamu ingin berubah?” “ Apa yang bisau lakukan sekarang untuk mencapai perubahan?” “ Apakah kamu brsedia membuat suatu komitmen untuk mengubah tingkah laku-tinglah laku tertentu yang merusak diri? Contohnya meminum alkohol menghambat kegiatan belajar dan pergaulanmu, dan itu memberikan andil kepada rendahnya rasa harga diri.” Terapi bisa meminta Stan untuk menilai kebiasaan minum alkoholnya, yakni apakah kebiasaannya itu merupakan pengorbanan yang pantas untuk memperoleh kesenangan-kesenangan sesaat. Jika Stan setuju bahwa kebiasaan minum itu tidak kondusif bagi usaha-usaha memperoleh apa yang diinginkan dari segi kepuasan jangka panjang, maka Stan bisa membuat rencana-rencana untuk menghapus kebiasaannya minum alkohol. Tidak akan ada penggalian ke dalam masa lampau guna mengekporasi alasan-alasan minum al-kohol, dan Stan pun tidak akan dibiarkan untuk meminta dimaklumi ataupun untuk menyalahkan orang lain. Terlepas dari bagaimana atau mengapa Stan mulai melakukan hal-hal yang, memberi andil kepada pembentukan “identitas kegagalan”, butir yang penting adalah bahwa dia akan mampu melakukan sesuatu untuk mengubah tingkah lakunya sehingga dia bisa menikmati keberhasilan.

Beberapa saran khusus yagn bisa diberikan oleh trapis untuk membantu Stan agar mengubah tingkah lakunya mencakup: “lain kali jika kamu kesepian dan ingin minum, buatlah keputusan untuk memanggil seorang teman dan ceritakan kepadanya tentang kesepianmu. Putuskanlah untuk berbuat sesuatu dengan perasaan-perasaanmu, jangan menyingkirkannya dengan alkohol,” “Kamu mengatakan bahwa kamu tidak m,erasa nyaman apabila berada bersama orang lain. Meskipun mungkin akan merasa tidak enak, tempatkanlah dirimu dalam situasi-situasi seperti itu, dan bawalah catatan itu pada pertemua terapi berikutnya,” “Pusatkan perhatianmu pada apa yang kamu lakukan ketika kamu merasa rendah diri atau pada sitausi-situasi yang mempertegas perasaan rendah diri alih-alih mencoba menggali mengapa kamu mersa rendah diri”.

Terapi realitas bisa memberi penekanan kepada titik-titik Stan yang kuat. Beberapa tahun yang lalu Stan melihat dirinya sebagai “orang yang kalah”, dan kini dia telah mengalami kemajuan yang berarti kearah penggunaan bakat-nakatnya. Dia menjalani kuliah dengan baik, terlibat dalam pekerjaan sukarela, dan bisa bergaul dengan anak kecil. Terapi dapat membantu Stan merumuskan rencana-rencana guna meneruskan keberhasilan-keberhsilannya. Pendek kata, Stan menerima penghargaan atas apa yagn telah dicapainya dan di dorong untuk menghadapi fakta bahwa dia bertanggung jawab atas macam kehidupan yang tengah dirintisnya. Dia akan melihat bahwa dirinya bisa berbuat lebih banyak daripada yang diperayainya sebelumnya.

1 komentar: