Sabtu, 15 Mei 2010

DIAGNOSIS


DIAGNOSIS

Diagnosis merupakan upaya untuk menemukan faktor-faktor penyebab atau yang melatarbelakangi timbulnya masalah peserta didik. Dalam konteks Proses Belajar Mengajar faktor-faktor penyebab kegagalan belajar peserta didik, bisa dilihat dari segi input, proses, ataupun out put belajarnya. W.H. Burton membagi ke dalam dua faktor yang mungkin dapat menimbulkan kesulitan atau kegagalan belajar peserta didik, yaitu :

1. faktor internal; faktor yang besumber dari dalam diri peserta didik itu sendiri, seperti : kondisi jasmani dan kesehatan, kecerdasan, bakat, kepribadian, emosi, sikap serta kondisi-kondisi psikis lainnya; dan

2. faktor eksternal, seperti : lingkungan rumah, lingkungan sekolah termasuk didalamnya faktor guru dan lingkungan sosial dan sejenisnya.

Diagnosis merupakan tahapan untuk menetapkan hakikat masalah yang dihadapi klien beserta sebab-sebabnya dengan membuat perkiraan atau dugaan, kemungkinan yang akan dihadapi klien berkaitan dengan masalahnya. Ada beberapa tahapan dalam diagnosis yaitu :

A. Identifikasi masalah

Identifikasi masalah merupakan upaya menentukan hakikat masalah yang dihadapi oleh klien. Penentuan ini dapat menggunakan klasifikasi masalah sebagai berikut :
Klasifikasi masalah menurut Bordin a. Ketergantungan pada orang lain (dependence) b. Kurang menguasai keterampilan (lack of skill) c. Konflik diri (self conflict) d. Kecemasan menentukan pilihan (choice anxiety) e. Masalah yang tidak dapat diklasifikasikan (no problem) Klasifikasi masalah menurut Pepinsky a. Kurang percaya diri (lack of assurance) b. Kurang informasi (lack of information) c. Kurang menguasai keterampilan yang diperlukan(lack of skill) d. Bergantungan pada orang lain (dependence) e. Konflik diri (self conflict)

Dalam identifikasi masalah kita berusaha memahami apa yang dialami klien dan mencari kesulitan masalah yang dihadapi klien. Diagnosa mengambil kesimpulan untuk menentukan derita klien atau yang dirasakan klien. Dengan klasifikasi masalah dalam disgnosis sebagai berikut :

1. Faktor ketidakpercayaan diri
Ketergantungan pada oranglain, ketidaktahuan potensi yang ada, sulit mengambil keputusan, kurang informasi.

2. Faktor depresi atau konflik diri
Kecemasan(anxiety), gangguan pikiran, gangguan perasaan,dan gangguan tingkah laku.

3. Faktor miskomunikasi atau misunderstanding
Kurang informasi, kurang tanggap, kurang peka terhadap lingkungan, atau kurang perhtian, mementingkan diri sendiri.

B. Penemuan sebab-sebab masalah (etiologi)

Langkah ini merupakan upaya penentuan dari sumber penyebab timbulnya masalah. Yakni diantaranya mencari hubungan antara masa lalu, sekarang dan masa yang akan datang. Dengan melihat hasil identifikasi masalah dapat timbul dari dalam diri dan luar diri klien. Penyebab yang berasal dari diri klien antara lain; gangguan kesehatan, kebiasaan-kebiasaan buruk, sikap negatif, kurangnya informasi, kemampuan intelektual yang rendah dan lain-lain. Penyebab yang berasal dari luar diri klien antara lain; sikap orang tua/guru yang tidak menunjang perkembangan klien, lingkungan rumah/sekolah yang tidak sesuai dengan karakteristik klen, dan dukungan sosial ekonomi yang kurang menunjang, serta masyarakat yang tidak kondusif.

C. Prognosis

Langkah ini merupakan usaha memprediksi apa yang akan terjadi pada diri klien pada kemudian hari dengan memperhatikan masalah yang dialami klien. Dengan memberikan informasi berkaitan dengan prediksi yang dilakukan pada proses diagnosis klien dapat melakukan tindakan sebagai usaha penyelesaian masalahnya.

D. Konseling / treatment (perlakuan)

Konseling merupakan proses tatap muka antara klien dengan konselor sebagai usaha pemberian bantuan yang dilakukan secara komunikasi verbal. Dengan tujuan agar klien memiliki kepercayaan dan dapat melakukan penyesuaian dirin dengan optimal terhadap lingkungan kehidupannya.

Bentuk bantuannya dalam bentuk sebagai berikut :

1. Identifikasi alternatif masalah
Usaha membuta beberapa pilihan pemecahan masalah berdasarkan hasil diagnosis dan sintesis baik untuk masalah yang berasal dari dalam diri klien atau masalah yang berasal dari luar diri klien.

2. Pengujian dan pemilihan alternatif pemecahan masalah

Merupakan tindakan yang kan memperjelas altenatif mana yang akan dilakukan sebagai pemecahan masalah.

Melaksanakan pemecahan masalah terpilih
Setelah pemecahan masalah dipilih maka konselor membantu klien dan menetapkan kapan akan direlisasikan. Pemecahan masalah tentu akan melibatkan klien, konselor dan pihak terkait lain. Tujuan konselor memberikan tugas ini adalah :

· Mengadakan perubahan pada lingkungan klien yang tidak menunjang perkembangannya.

· Mengubah sikap negatif klien baik terhadap dirinya dan lingkungannya sehingga klien tidak mengalami masalah.

· Membantu klien menemukan lingkungan yang sesuai dengan dirinya.

· Membantu klien memperoleh keterampilan dan persyaratan yang diperlukan sehinggan masalah dapat diatasi.

· Membantu klien menyesuaikan diri dengan keadaan yang dihadapi.

3. Tindak lanjut (follow up)

Tindak lanjut berguna untuk melihat sejauh mana keberhasilan pemberian bantuan melalui proses konseling yang telah berlangsung. Juga sebagai upaya pemeliharaan yang dikembangkan oleh klien untuk mampu mengatasi masalahnya.

http://sumarnieaja.wordpress.com/2010/04/21/aplikasi-psikologi-konseling/

http://www.dunia-bk.co.cc/konselor-yang-efektif-dan-profesional/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar