Minggu, 21 Maret 2010

RESPONDING DAN PROBING dalam konseling


RESPONDING DAN PROBING

BY: MARA SUZANA

Responding dan probing sangat dibutuhkan dalam situasi konseling. Yang mana responding adalah bagai mana ada tanggapan dalam suatu persoalan sehingga situasi dalam konseling semakin hidup. Begitu juga probing yaitu bagaimana cara konselor itu menggali segala informasi yang ingin ia dapat untuk membantu klien tersebut.

A. RESPONDING

Cara untuk memeprhatikan proses konseling adalah focus terhadap prilaku konselor, dan bagaimana prilaku tersebut dapat mempengaruhi klien. Jelas apabila dimungkinkan untuk mengindentifikasi tingakan konselor yang dapat dikaitkan secara konsisten kepada hsil yang baik, maka seharusya adalah mungkin untuk melatih dan mengawsi konselor dalam rangka memaksimalkan frekuesi terjadinya respon ini, dan mengurangi interaksi yang sangat tidak menolong. Clara Hill dan para koleganya telah menyusun daftar panjang respon konselor maupun klien (Jhon McLEOD, 2008, 385) yaitu:

Kategori Respon Verbal Terapis

  1. Persetujuan: respon ini dapatmenimbulkan simpati atau kcenderungan menenangkan dengan cara meminimalisasi masalah klien. Memeberikan dukungan emosional, persetujuan, penegasan, dan pengukuhan.
  2. Informasi: suplay informasi dalam berntuk data, fakta, atau sumber daya. Hal ini bisa jadi terkait dengan proses terapi, perilaku terapis, atau kesepakatan terapi (waktu, honor, tempat).
  3. Bimbingan langsung: ini adalah arahan atau saran yang diberikan terapis keada kllien berkenaan dengan apa yang harus dilakukan baik didalam sesi maupun di luar sesi konseing.
  4. Pertanyaan tertutup: mengumpulkan data atau informasi yang spesifik respon klien akan menjadi terbatas dan spesifik.
  5. Pertanyaan terbuka: pertanyaan untuk mendapatkan klarifikasi atau penjelasan oleh klien.
  6. Parafrasa: mencerminkan atau meringkas apa yang telah dikomunikasikan oleh klien baik secara verbal maupun non verbal. Tidak melampau apa-apa yang diucap klien atau menambahkan perspektif baru atau mengganti pertanyaan klien atau memberi penjelasan apapun untuk prilaku klien.
  7. Interprestasi: melampau apa yang telah dikenal oleh klien secara terbuka dan memberikan alasan, makna alternatif, atau kerangka kerja batu untuk perasaan, perilaku kepribadian
  8. Konfrontasi: menguak diskrepansi atau kontraksi tapi tidak menghadirkan alasan untuk diskrepansi tersebut.
  9. Menbuka Diri: berbagi perasaan atau pengalaman pribadi.

Kategori Respons Verbal Klien

  1. Renspons Sederhana: frasa pendek, terbatas, yang dapat sja mengindikasikan kesepakatan, pengumuman persetujuan apa yang telah diucapkan terapis, mengindikasikan ketidaksetujuan atau ketidak sepakatan atau merespons secara singkat pertanyaan terapis dengan informasi atau fakta tertentu.
  2. Permintaaan: percobaan untuk mendapatkan informasi atau saran atau untuk meletakkan tanggung jawab yang berat sebagai solusi permasalahan dari pihak terapis.
  3. Deskripi: mendiskusikan sejarah, peristiwa atau kecelakaan yang berhubungan dengan problem dengan menggunaka gaya narasi atau bercerita.
  4. Pengalaman: secara efektif mengeksplorasi perasaan, perilaku atau reaksi berkenaan dengan diri atau masalah, tapi tidak mencakup pemahaman kausalitas.
  5. Mengeksplorasi Hubungan Klien-Terapis: mengindikasikan perasaan, reaksi, sikap atau perilaku yang berkaitan dengan terapis atau situasi terapeutik.
  6. Pemahaman: mengindikasikan kemampuan klien untuk memahami atau mamapu meliha tema, pola atau hubungan kausalitas salam perilaku atau kepribadiannya, atau dalam perilaku atau kepribadian orang lain.
  7. Diskusi Rencana: merujuk kepada rencana berorientai aksi, keputusan, target masa depan dan perkiraan hasil dari rencana tersebut.
  8. Diam: diam sekitar empat atau lima detik antara pernyataan terapis dan pernyataan klien , atau segera setelah respons sederhana klien.
  9. Yang Lain: pernyataan yang tak berkaitan dengan masalah klien seperti percakapan singkat atau komentar berkenaan dengan cuaca atau peristiwa.

B. PROBING

Probing yaitu menggali informasi tentang klien, konselor mesti mempunyai teknik tertentu, misalnya jika klien menggungkapkan masalahnya, konselor memanfaatkan apa yang dikata klien menjadi pertanyaan, guna menggali informasi. Misalnya, saya tidak pandai belajar matematika, konselor memanfaantkan kata-kata itu dengan bertanya, apa sebabnya anda tidak pandai berlajar matematika? Nah klien akan menceritakan apa sebabnya, dengan kata lain konselor telah menggali informasi yang ingin didapatkan.

Informasi tentang klien tidak hanya diperoleh pada diri klien sendiri, namun bisa juga pada keluaganya, lingkungan sosial tempat dia tinggal dan sebagainya.yang kesemuanya dipergunakan untuk memperlancar dan mempercepat proses konseling tersebut.

Oleh karena itu penting bagi kita untuk mengetahui berbagai metode yang dapat dipergunakan untuk memperoleh data didalam merealisasi bimbingan dan konseling. (Bimo Walgito, 2005, 63). Diantara metode itu yaitu:

1. wawancara, yaitu salah satu metode untuk menggali data dari klien dengan cara memeberikan pertanyaan secara langsung kepada klien.

2. kuesioner, yaitu hampir sama dengan wawancara, namun dalam kuesioner dengan cara memberikan pertanyaan secara tidak secara langsung, seperti dengan menggunakan daftar pentanyaan di kertas yang diperlukan jawaban oleh responden, hal yang seperti ini dikatakan angket.

3. observasi, yaitu metode menggali data dengan melihat secara langsung peristiwa dan kesehatian ke tempat klien.

4. sosiometri, yaitu metode mencari data dengan melihat dilingkungan sosialnya. Metode Sosiometri harus digunakan dalam lingkungan sosial klien, karena kita mencari bagaimana klien dalam lingkungannya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar